Hidup kita dibentuk dengan komitmen. Kita menjadi apa yang kita komitmenkan, Kalau kita tidak komitmen terhadap sesuatu, kita tidak akan menjadi apa-apa. Komitmen menentukan kehidupan kita. Saat kita ingin membeli mobil atau rumah, kita membutuhkan komitmen. Saat kita menikah, kita perlu komitmen. Saat kita bekerja, kita butuh komitmen.
Kuncinya adalah lebih banyak membuat komitmen yang positif daripada membuat komitmen yang tidak baik.
Karena itu, saudara-saudara demi kemurahan Allah aku menasihatkan kamu, supaya kamu mempersembahkan tubuhmu sebagai persembahan yang hidup, yang kudus, dan yang berkenan kepada Allah: itu adalah ibadahmu yang sejati. | Roma 12:1
Give yourself completely to God to be used for the purpose He created you.
Berikan diri (komitmen) kepada Tuhan untuk dipakai sebagai tujuan Tuhan menciptakan kita. Berikut adalah 5 komitmen penting yang Tuhan inginkan atas kita berdasarkan Hukum Terutama dan Amanat Agung. Kelima komitmen ini akan bertahan sampai kepada kekekalan.
Kasihilah Tuhan (worship), Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap akal budimu. Dan hukum yang kedua, yang sama dengan itu, ialah: Kasihilah sesamamu (fellowship & ministry) manusia seperti dirimu sendiri. | Matius 22:37,39
Pergilah, jadikanlah semua bangsa murid-Ku (evangelism) dan baptislah mereka (fellowship) dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus, dan ajarlah mereka (discipleship) melakukan segala sesuatu yang telah Kuperintahkan kepadamu. | Matius 28:19-20
MENGENAL & MENGASIHI TUHAN (WORSHIP)
Dalam kekekalan kita akan bertemu dengan Pencipta dan Penyelamat kita. Jika kita tidak belajar untuk komit mengenal dan mengasihi Dia, maka di surga nanti kita akan merasa asing dengan Dia.
Setiap bangun tidur, berdoalah supaya pada hari ini kita bisa mengenal dan mengasihi Tuhan lebih lagi. Pada ujung hari saat kita mau istirahat, renungkanlah, lihatlah hidup kita apakah kita belajar untuk mengenal dan mengasihi Tuhan lebih lagi. Kita bisa saja jatuh dalam dosa atau tidak hidup dalam kebenaran pada hari itu, tapi jika itu membuat kita menjadi lebih dekat dengan Tuhan—maka hari kita itu sukses, tidak sia-sia.
To stregthen my faith, I must unite with others in worship.
Penyembahan memang untuk Tuhan tapi penyembahan membawa manfaat untuk kita. Penyembahan memperbaharui iman dan memulihkan sukacita kita.
Tetapi orang-orang yang menanti-nantikan TUHAN mendapat kekuatan baru: mereka seumpama rajawali yang naik terbang dengan kekuatan sayapnya; mereka berlari dan tidak menjadi lesu, mereka berjalan dan tidak menjadi lelah. | Yesaya 40:31
Pernahkah kita bangun di Minggu pagi dengan rasa malas dan lelah untuk beribadah ke rumah Tuhan—namun saat kita tetap beribadah, kita mendapatkan kekuatan dan sukacita setelah selesai beribadah? Kita tidak akan mendapat kekuatan di Minggu pagi hanya dengan menonton kartun. Itu hanya menjadikan malas.
Pergi ke gereja sama dengan seorang petinju dalam pertandingan yang menerima pukulan berkali-kali hingga bel berbunyi menandakan akhir suatu ronde dan kita mundur ke pojok. Pelatih kita akan datang menepuk punggung dan berkata, “You’re doing a good job.” Dia akan memberi nasihat sambil menyirami muka kita dengan air. Kemudian dia menyuruh kita, “Now go back up there.”
Senin sampai dengan Sabtu terkadang kita lewati dengan pukulan-pukulan dari tekanan dan masalah yang mampu menggoyahkan iman kita. Saat hari minggu kita mundur ke pojokan (gereja) dan pelatih (firman Tuhan, musik, penyembahan, dan setiap bagian dari ibadah) menguatkan kita kembali. Roh kita seperti sedang dicas. Kita diperbaharui kembali.
Beribadahah kepada Tuhan dengan sukacita. | Mazmur 100:1a
Setiap orang yang beribadah kepada Tuhan seharusnya datang dengan sukacita. Gereja harus menjadi tempat seperti itu. Sebuah komunitas harus menjadi seperti itu. Siapapun yang datang harus mendapatkan impartasi sukacita surgawi.
Komitmen I:
Secara teratur datang beribadah dan terlibat penyembahan bersama orang-orang percaya yang lain karena itu menguatkan, memulihkan, dan memperbaharui kerohanian dan sukacita.
MEMILIKI HUBUNGAN DENGAN YANG LAIN DALAM PERSEKUTUAN (FELLOWSHIP)
Komitmen yang kedua ini membantu menemukan identitas kita.
We only learn who we really are in relationship in community.
Dalam hidup jika tidak ada kontak dengan orang lain, kita tidak akan tahu identitas kita. Kita bahkan tidak akan tahu kita adalah manusia. Jika kita melihat Tarzan yang adalah seorang manusia dibesarkan oleh gorila dimana dia hanya memiliki kontak dengan gorila—Tarzan akan menemukan identitas dirinya sebagai gorila.
Sebab sama seperti pada satu tubuh kita mempunyai banyak anggota, tetapi tidak semua anggota itu mempunyai tugas yang sama, demikian juga kita, walaupun banyak, adalah satu tubuh di dalam Kristus; tetapi kita masing-masing adalah anggota yang seorang terhadap yang lain. | Roma 12:4-5
Setiap kita memiliki fungsi (tujuan) dalam sebuah tubuh (gereja Tuhan). Jika hidung kita terpisah dari tubuh, dia tidak bisa mencium bau apapun. Jika mata kita tidak menempel pada tubuh, dia tidak akan bisa melihat. Organ-organ tubuh yang tidak terhubung dengan tubuh tidak akan berfungsi. Jika kita tidak tergabung dengan tubuh Kristus (gereja), maka kita tidak akan menemukan arti, tujuan, identitas, dan value dalam hidup.
Itulah sebabnya kita tidak menyukai konflik karena kita menemukan nilai hidup dalam hubungan. Kita suka hidup dalam damai dan harmoni, bukan konflik.
Dan semuanya ini dari Allah, yang dengan perantaraan Kristus telah mendamaikan kita dengan diri-Nya dan yang telah mempercayakan pelayanan pendamaian itu kepada kami. | 2 Korintus 5:18
Tuhan meyelamatkan kita dan Dia memberikan pesan rekonsiliasi. Kita, sebagai gereja Tuhan, harus menjadi tempat untuk menunjukkan kasih dan fellowship. Yesus membawa kita bersama dengan salibnya saat tirai terbelah dua. Apa yang dibawa? Semua. Ras, latar belakang, kebangsaan, sex, warna kulit, dan perbedaan-perbedaan lainnya. Tidak ada yang lebih baik dari orang lain di hadapan salib. Kita semua memiliki nilai yang sama dalam pandangan Tuhan.
Tuhan menginginkan gereja menjadi tempat dimana tidak ada perbandingan antara uang, warna kulit, cakap atau jelek, dan perbandingan-perbandingan lainnya.
Sebab itu kami tidak lagi menilai seorang jugapun menurut ukuran manusia. | 2 Korintus 5:16a
Saat kita masuk ke surga, semua orang tidak akan terlihat seperti kita. Jadi kalau kita tidak menyukai diversity (perbedaan), kita tidak akan menyukai surga. Karena di surga kita akan tinggal in harmony bersama. Tuhan menyukai perbedaan. Jadi saat kita menjadi seorang rasis atau fanatik lainnya, itu sama saja kita tidak menyenangi karya Tuhan. Jika kita menolak orang karena berbeda, itu berarti kita menolak Tuhan.
It’s a sin problem. The hope is the gospel. You have to give your life to God. Until we reconcile with Christ, we can’t be reconcile with others.
Komitmen II:
Saya akan membangun persekutuan bersama yang lain karena kita saling membutuhkan dalam persekutuan. Di sanalah kita menemukan identitas dan tujuan kita. Satu-satunya cara untuk menang adalah dengan berdiri bersama.
MENGEMBANGKAN POTENSI (DISCIPLESHIP)
I must learn from others to grow. There is something we can only learn by relationship (community).
Kita hanya bisa belajar kesetiaan, pengampunan, kasih, kebaikan, kepatuhan, dan lainnya dalam hubungan. Tanpa orang lain kita tidak bisa belajar banyak hal.
Daripada-Nyalah seluruh tubuh, yang rapih tersusun dan diikat menjadi satu oleh pelayanan semua bagiannya, sesuai dengan kadar pekerjaan tiap-tiap anggota menerima pertumbuhannya dan membangun dirinya dalam kasih. | Efesus 4:16
Kita saling membantu untuk bertumbuh. Mereka butuh kita, kita butuh mereka. Apa jadinya jika semua bagian tubuh tumbuh dengan sempurna kecuali ada satu telinga yang tidak bertumbuh (tetap terlihat seperti telinga bayi)? Akan sangat aneh.
Cara terefektif untuk bertumbuh adalah melalui kelompok kecil yang saling membangun. Asalkan kita mau berkomitmen (waktu, hidup, talenta, tenaga, dll), maka kita akan bertumbuh bersama.
Bertumbuhlah sesuai dengan yang Tuhan inginkan. Jangan membatasi diri. Jadilah proaktif, jangan hanya menerima keadaan. Keluar dari zona nyaman dan naiklah ke level selanjutnya. Tapi semua itu harus disertai kerendahan hati dan ketaatan.
Komtmen III:
Saling membantu dalam hubungan untuk bertumbuh.
JADILAH SIGNIFIKAN / BERARTI (MINISTRY)
If I am so successful, why do I feel so fake? Because success is not meant to fully satisfy you.
Jika saya begitu berhasil, kenapa saya masih merasa palsu (hampa/sia-sia)? Karena keberhasilan tidak dimaksudkan untuk sepentuhnya memuaskanmu.
Ada 3 level kehidupan:
Survival Level
Bertahan hidup menjadi tujuan utama pada tingkat ini. Di negara-negara yang dikelilingi dengan kelaparan, tingkat ini sudah tentu banyak menimpa rakyatnya. Namun tingkat ini juga dimaksudkan bagi orang-orang yang bertahan hidup secara emosional. Orang-orang yang bekerja tapi selalu mengharapkan akhir pekan, orang-orang yang tidak bahagia dengan pernikahannya, dan orang-orang yang memandang hidupnya secara negatif.
Success Level
Pada tingkat ini kita punya cukup uang untuk membuat pilihan. Kita bisa makan ini tapi juga bisa memilih makanan yang lain. Kita bisa memilih mau nonton atau tidak. Success level berarti level pilihan.
Nyatanya kita ada untuk lebih dari sukses. Kita ada untuk menjadi signifikan (berarti).
Significant Level
Signifikan datang dari memberi diri untuk sesuatu yang lebih besar dari diri kita. Kita hidup untuk memberi arti untuk orang lain, tidak sekedar hidup untuk diri sendiri.
Signifikan tidak dilihat dari status, gaji, atau brand apa yang dipakai. Kita tidak menjadi lebih berarti dengan memakai barang-barang bermerk atau memiliki gaji besar. Semua orang bisa menjadi signifikan.
Di saat kita membantu orang lain untuk merasa lebih baik, kita sudah memberikan pelayanan.
Signifikan datang dari pelayanan. Kita menjadi signifikan saat kita memberi diri. Menjadi signifikan berarti tidak egois. Awalnya kita bisa belajar melayani di gereja tapi melayani juga harus di luar gereja. Saat kita membuat orang lain merasa lebih baik, kita sudah berkomitmen untuk menjadi signifikan. Membukakan pintu, membantu orang menyeberang, memperingati seseorang yang sedang bersandar pada dinding kaca di mall, dan lain-lain.
Layanilah seorang akan yang lain, sesuai dengan karunia yang telah diperoleh tiap-tiap orang sebagai pengurus yang baik dari kasih karunia Allah. | 1 Petrus 4:10
Talenta kita bukanlah untuk keuntungan kita, tapi untuk orang di sebelah kita. Melayani bersama orang lain jauh lebih efektif daripada melayani sendirian. Nyatanya berdua lebih baik daripada sendiri. Ketika bersama, kita memaksimalkan dampak kita. Kita mengerjakan lebih banyak. Setitik hujan sulit mengubah gurun, tapi hujan deras mampu mengubah gurun menjadi taman.
Membantu parkiran membuat orang merasa lebih baik tiba di gereja. Penerima tamu memberikan rasa diterima. Petugas persembahan tidak merepotkan pemberi untuk bergerak dari bangku. Semua aspek pelayanan membuat orang merasa lebih baik. Semuanya berarti. Tidak ada pelayanan yang tidak berarti. Semua sama.
Ada perbedaan antara penting (terkenal) dan siginifikan (berarti). Kita bisa menjadi penting tapi tidak berarti. Kita bisa menjadi berarti tapi tidak penting.
Hidung adalah sesuatu yang penting. Tapi itu tidak berarti karena jika kita tidak mempunyai hidung, kita tetap bisa hidup. Tapi di dalam kita ada yang namanya jantung, paru-paru, pembuluh darah, dll yang berarti. Kita tidak bisa melihatnya tapi kita tahu itu ada di sana. Tanpa mereka, kita akan mati.
Bagaimanapun juga di surga nanti kita tidak akan duduk diam di atas awan sambil bermain harpa. Tuhan akan memberikan tanggung jawab kepada kita. Akan ada yang kita kerjakan di surga. Jika kita tidak memanfaatkan talenta yang sudah Tuhan percayakan untuk kita di bumi, Tuhan tidak akan tahu apa yang bisa kita lakukan di surga nanti.
Komitmen IV:
Yang kita mau dalam hidup bukanlah menjadi orang penting atau terkenal, tapi berarti. Dan kita bisa menjadi berarti melalui pelayanan.
BERGABUNG BERSAMA YANG LAIN DALAM MISI (EVANGELISM)
Komitmen kelima akan memiliki dampak abadi yang luar biasa. Tuhan menaruh kita di dunia dengan misi hidup dimana kita bisa melakukannya dalam hubungan dengan orang lain.
Pergi dan jadikanlah semua bangsa murid-Ku. | Matius 28:19a
Tuhan punya tujuan untuk sejarah dunia. Dia juga punya tujuan untuk hidup kita. Tidak mungkin tujuan Tuhan untuk sejarah berbeda dengan tujuan hidup kita. Keduanya, bagaimanapun juga, saling terhubung. Tujuan hidup kita terhubung dengan tujuan Tuhan untuk sejarah.
Tujuan Tuhan untuk sejarah adalah untuk membangun keluarga. Dalam dunia keluarga itu adalah gereja. Kita tidak hanya menyembah, mengasihi, bertumbuh, dan melayani—tapi juga membagikan berita baik (pengampunan, tujuan hidup, dan rumah di surga). Ketiga itu adalah berita terbaik di dunia. Kita harus membagikan Yesus.
Adakah orang lain yang masuk surga karena kita? Adakah orang-orang yang berkumpul di pintu surga untuk menyambut kedatangan kita? Adakah orang-orang yang berterima kasih kepada kita karena kita telah membawa mereka kepada kekekalan di surga nanti?
Komitmen V:
Memberi hidup sepenuhnya kepada Tuhan dan kehendak-Nya untuk mengerjakan tujuan hidup kita dalam membawa orang lain kepada Tuhan dan kehendak Tuhan dalam dirinya.
Masalahnya adalah apakah kita mau melakukan kelima komitmen ini. Karena jika kita melakukan kelima ini, waktu dan uang bukanlah masalah kita. Kita harus memberi lebih banyak untuk komitmen-komitmen ini. Kelima komitmen (worship, fellowship, discipleship, ministry, dan evangelism) inilah yang harusnya menajdi tujuan hidup kita di dunia.
Mereka memberikan lebih banyak dari pada yang kami harapkan. Mereka memberikan diri mereka, pertama-tama kepada Allah, kemudian oleh karena kehendak Allah juga kepada kami. | 2 Korintus 8:5
Orang-orang di Makedonia sedang mengalami masalah kelaparan, tapi mereka tetap mau melayani dan memberi untuk orang-orang di Yerusalem. Pertama-tama mereka memberi diri kepada Tuhan. Pemberian lain muncul begitu saja dari tujuan Allah yang bekerja dalam diri mereka. Jadi masalah utama kita adalah apakah kita mau memberi hidup kita kepada Tuhan? Masalah lainnya tidak besar, hanya apakah kita mau mempercayai Tuhan untuk melakukan kehendak-Nya atas kita.