Tidak ada orang yang akan hidup untuk selama-lamanya. Semua orang akan mati. Siapakah yang dapat menyelamatkan nyawanya dari kuasa kubur? Mazmur 89:48 (FAYH)
Setiap orang bereaksi dengan cara berbeda terhadap kematian. Tetapi ada beberapa reaksi yang biasa orang-orang tunjukkan khususnya saat mereka tidak siap untuk meninggal. Mungkin beberapa dari kita sudah siap untuk meninggal. Kita sudah berdamai dengan Tuhan. Kita percaya sudah menerima kasih karunia dan akan pergi ke tempat yang lebih baik. Tapi bagaimana dengan yang belum siap?
Banyak orang tidak siap untuk mati jadi mereka menempuh tahap penyangkalan, kemarahan, menawar, depresi, dan penerimaan. Daud menceritakan kelima tahap ini dalam Mazmur.
BAGAIMANA ORANG-ORANG TIDAK ROHANI YANG TIDAK SIAP BEREAKSI
1. PENYANGKALAN – “Ini tidak terjadi pada saya!”
Penyangkalan sebenarnya adalah bentuk ketakutan. Semua yang kita takuti suka kita sangkal. Apapun yang kita sangkal dalam hidup kita, itulah ketakutan kita. Kita menganggap itu bukan masalah, padahal itulah ketakutan kita.
Hatiku gelisah, kengerian maut telah menimpa aku. Mazmur 55:4
2. KEMARAHAN – “Kenapa ini terjadi pada saya?”
Orang-orang yang tidak siap menyalahkan Tuhan, orang lain, dokter, dan sekitarnya. Ini bisa menjadi saat yang sulit bagi mereka.
Aku sangat marah. Semakin kupikirkan tentang itu, aku semakin marah, jadi aku telah mengatakan sesuatu. Ya TUHAN, beritahukanlah yang akan terjadi padaku sekarang. Katakan kepadaku, berapa lama lagi aku hidup. Biarlah aku mengetahui betapa singkatnya hidupku sebenarnya. | Mazmur 39:3-4 (VMD)
Tahap kemarahan adalah tahap pertanyaan. Kenapa saya? Kenapa begini? Apa jawabannya? Kita tidak akan menemukan jawabannya.
3. MENAWAR – “Jika Tuhan mengijinkan saya hidup, saya berjanji akan….”
Kita mulai menawar Tuhan supaya kita bisa tetap hidup. Tapi itu tidak akan terjadi.
Apa pun yang diberikannya tak akan mencukupi; terlalu mahal harga tebusan nyawanya, agar ia terhindar dari mati dan dapat hidup selamanya. | Mazmur 49:8-9 (BIS)
Ini adalah pertarungan yang tidak bisa kita hindari. Hari kematian kita sudah ditentukan sebelum kita lahir.
4. DEPRESI – “Saya tidak peduli lagi.”
Orang-orang sudah tidak peduli lagi. Mereka akan mati, kenapa mesti peduli?
Aku tergelincir di lereng bukit dan sedang menuju kematian; aku direnggut dari kehidupan semudah orang menjentik belalang dari lengannya. | Mazmur 109:22-23 (FAYH)
5. PENERIMAAN – “I’m ready for whatever happens.”
Tetapi aku mempercayakan diriku kepada-Mu, ya TUHAN. Aku berkata, “Hanya Engkaulah Allahku. Umurku ada dalam tangan-Mu. | Mazmur 31:14-15 (FAYH)
Jika kita tidak mengenali kelima tahap ini, kita akan menarik diri dari orang-orang yang sedang menghadapi kematian. Di saat mereka paling membutuhkan kita, kita cenderung menarik diri kita. Daud meraskaan ini.
Orang-orang yang kukasihi dan sahabat-sahabatku menjauhi aku karena takut akan penyakitku. Bahkan keluargaku sendiri pun tidak mau dekat. | Mazmur 38:11 (FAYH)
Ketakutan sering memperjauh jarak di antara hubungan.
Seseorang dengan AIDS sering dijauhi. Bahkan kebanyakan orang merasa awkward di sekeliling orang yang sekarat. Itulah sebabnya kita tidak suka pemakaman. Kita tidak suka menjenguk di rumah sakit. Kita merasa tidak enak. Pertama itu mengingatkan kita akan ketidakabadian kita. Kemudian kita tidak tahu bagaimana harus bersikap di depan teman atau keluarga atau relatif kita yang sekarat.
Kita harus tahu bagaimana menghadapi orang yang akan meninggal, bagaimana kita bisa menenangkan mereka. Kita akan membutuhkan ini ke depan nanti.
BAGAIMANA MENENANGKAN SESEORANG YANG SEKARAT?
1. HADAPI KETAKUTAN SENDIRI
Kematian menyingkapkan ketakutan terdalam kita. Itulah sebabnya kita tidak merasa enak saat datang ke pemakaman atau rumah duka karena kita sendiri takut mati. Ketika kita merasa ditelanjangi, kita biasanya bersembunyi. Ini seringkali terjadi. Ketika ada yang sakit di rumah sakit, kita bersembunyi di ruang tunggu. Ketika ada yang sakit di kamar, kita bersembunyi di ruang tamu.
Ini kembali lagi ke Adam dan Hawa. Mereka telanjang dan takut. Kemudian bersembunyi.
Itulah yang terjadi saat ketelanjangan kita diperlihatkan. Kita bersembunyi.
Kita takut akan salah bicara atau membuat keadaan menjadi semakin buruk. Jadinya kita tidak melakukan apa-apa, padahal orang itu sangat membutuhkan kita.
Nyatanya tidak akan ada yang bisa memperburuk keadaan pada saat menghadapi kenalan kita yang sekarat kecuali kita menunjukkan kejijikkan kita. Dengan berada di sana saja sudah sangat membuat perbedaan. Kematian bukanlah sesuatu yang aneh atau mengerikan. Kematian hanyalah di saat seseorang berhenti bernafas. Tidak ada musik-musik mengerikan atau hal-hal aneh terjadi. Mereka hanya berhenti bernafas.
Kematian juga tidak seperti yang diperlihatkan di film-film dimana mereka bisa mengatakan “I love you” dan meninggal. Kematian terjadi di saat mereka perlahan-lahan berhenti bernafas dan akhirnya berhenti bernafas. Itu saja. Kita tidak perlu takut akan itu.
2. BERIKAN DUKUNGAN FISIK
Hal terburuk yang bisa kita lakukan pada mereka yang akan meninggal adalah dengan tidak berada di sana.
Hal utama yang harus kita berikan adalah memberikan keberadaan fisik kita. Itulah hadiah terbesar kita. Itu berarti kita datang. Kita di sana. Kita bersama mereka. Kita berada di dekat mereka. Kita terus bersama mereka ketika mereka akan meninggal.
Orang yang akan meninggal takut ditinggalkan dan merasa sendiri.
Kita semua tidak mau meninggal sendirian. Kita tidak mau ditinggalkan sendiri. Tidak ada orang yang harus mati sendiri. Itu berarti kita harus datang. Kita harus berada di ruangan yang sama dengan mereka. Daripada membaca majalah atau menonton tv di ruang lain, kita membaca dan menonton tv di dalam kamar bersama mereka. Tidak peduli kita bekerja di depan komputer atau melakukan apapun, kita hanya cukup berada bersama mereka.
Kita tidak harus terus bicara dengan mereka. Mereka tidak mau bicara. Cukup berada di sana saja. Inilah masalah yang Daud miliki saat dia akan sekarat.
Aku melihat sekeliling dan aku tidak melihat seorang pun dari kenalanku. Aku tidak mempunyai tempat pelarian. Tidak ada seorang pun yang menyelamatkan aku. | Mazmur 142:4 (VMD)
Itulah yang sering terjadi pada orang-orang tua pada jaman sekarang. Tidak ada yang peduli dengan mereka. Mereka bisa mati di sudut ruangan dan tidak ada yang tahu. Satu hal yang bisa kita tunjukkan saat berada di sana adalah dengan menyentuh mereka. Sentuhan adalah cara berkata bahwa kita ada bersama mereka.
Bukanlah sebuah kebetulan saat kita melihat bayi yang baru lahir, respon pertama kita adalah menggendong, mendekatkan, dan menyentuhnya. Kulit kita dibuat Tuhan untuk disentuh. Ketika seseorang di kasur dan akan meninggal, kita bisa menyentuh siku tangan mereka. Daerah itu adalah tempat paling aman untuk disentuh.
Sentuh siku mereka. Perhatikan mata mereka dan katakan bahwa kita akan selalu berada di sana bersama mereka. Kita tidak akan meninggalkan mereka. Jika kita harus meninggalkan ruangan untuk sementara (mungkin karena telepon atau ingin ke kamar mandi), katakan kepada mereka bahwa kita akan segera kembali. Kita ingatkan mereka bahwa Tuhan bersama mereka. Meskipun kita pergi meninggalkan mereka sementara, masih ada Tuhan yang selalu bersama mereka. Ketika kita melewati lembah kekelaman, kita tidak akan takut karena Tuhan ada dekat dengan kita. Itulah janji Tuhan di Mazmur 23.
Kita ingatkan mereka bahwa kita akan bersama mereka. Tuhan tidak akan pernah meninggalkan mereka. Kita sentuh mereka dan perlihatkan keberadaan kita.
3. MELAYANI DENGAN PRAKTEK LANGSUNG
Ini berarti kita bantu mereka. Kita lakukan apa yang perlu dilakukan mereka. Kita lakukan secara praktek. Apapun yang kita lakukan, kita lakukan. Mau lampu tetap nyala atau mati? Mau dibawakan minuman? Tunjukkan hal-hal kecil yang menunjukkan kasih untuk mengangkat beban mereka.
Jangan takut untuk berinisiatif duluan, untuk bertanya. Tawarkan hal-hal yang bisa dilakukan.
Kuatkanlah hati orang yang takut, tolonglah orang yang harus kalian tolong, dan sabarlah menghadapi semua orang. | 1 Tesalonika 5:14 (BSD)
Karena saat kita sedang sakit, kita sering emosi. Kita tidak merasa senang. Makanya Alkitab mengatakan sabarlah menghadapi semua orang. Sadarkah kita bahwa orang-orang tua lebih suka emosi? Faktanya mereka sering tidak merasa baik dengan diri mereka. Salah satu ketakutan orang yang akan meninggal adalah mereka kehilangan kendali. Mereka kehilangan kendali untuk berjalan, ke kamar mandi sendiri, dan hal-hal lainnya.
Cara melayani mereka adalah memberikan mereka pilihan karena di saat kita memberikan pilihan, mereka akan merasa bahwa mereka masih memiliki kendali.
Jadi kita bisa bertanya apa mau kaos kakinya dipasang atau tidak? Apa mau lampunya nyala atau mati? Jendela buka atau tutup? Ganti channel tv atau tidak? Kita memberikan kuasa kepada mereka. Kita tidak berkata waktunya sarapan. Kita bertanya apakah mereka mau sarapan sekarang atau nanti? Kita berikan sedikit kuasa kepada mereka. Itu sangat menenangkan.
4. BANGUN DENGAN DUKUNGAN EMOSI
Mereka menanggung beban yang sangat berat. Segala macam emosi mereka tanggung dan mereka butuh bantuan.
Hendaklah kalian saling membantu menanggung beban orang, supaya dengan demikian kalian mentaati perintah Kristus. | Galatia 6:2 (BIS)
Apa itu perintah Kristus? Mengasihi sesama. Bagaimana kita melakukan itu? Dengan membantu menanggung beban, terutama beban emosi. Bagaimana caranya? Kita berdoa di depan mereka.
Apa yang harus didoakan? Kita doakan apapun yang mereka katakan. Kita refleksikan perkataan mereka kepada Tuhan. Ketika A berkata dia frustasi. Kita berdoa dan berkata, “Tuhan, A sedang frustasi dengan keadaannya saat ini.” Ketika A mengatakan seandainya dia melakukan ini dan itu, kita berdoa “Tuhan, A bilang seandainya dia melakukan ini dan itu.” Ketika A merasa tidak adil dan marah, kita berdoa “Tuha, saat ini A sedang mengahdapi masa yang sulit. Dia marah dan merasa tidak adil.”
Yang kita doakan cukup merefleksikan apa yang mereka katakan kepada Tuhan.
Kita dengarkan baik-baik apa yang mereka katakan. Dengan begini kita sedang mengangkat beban mereka. Orang-orang yang sedang sekarat terkadang mereka tidak punya cukup energi untuk berdoa. Mereka terlalu sakit untuk berdoa.
Berharga di mata TUHAN kematian semua orang yang dikasihi-Nya. | Mazmur 116:15
Tahukah kita bahwa saat orang meninggal, Tuhan menganggap itu berharga? Tidak hanya hidup kita berharga bagi Tuhan, kematian kita juga berharga. Bukan hanya saat kita hidup dan bisa memberika kontribusi dalam hidup kita, tetapi ketika kita tidak bisa melakukan apa-apa dan terbaring di kasur tanpa bisa memberikan kontribusi apa-apa; Tuhan berkata kita tetap berharga. Mulai dari saat kita berada dalam kandungan sampai meninggal, kita berharga. Itulah sebabnya aborsi salah.
Jadi mau seseorang masih bisa berlari atau bekerja dengan giat dan melayani orang lain atau seseorang sudah tua dan kesulitan berjalan serta tidak bisa melakukan apa-apa, semua tetap berharga di mata Tuhan.
Jika Tuhan menganggap kematian berharga, kita sudah sepatutnya menganggap kematian itu berharga.
Kita hidup di masyarakat yang mau mengasingkan mereka yang tidak berguna entah anak yang cacat atau orang-orang tak bersalah yang tidak normal. Mereka sama berharganya dengan kita. Ketika mereka tidak sanggup berjalan ke kamar mandi sendiri, mereka sama berharganya dengan kita semua.
5. BUKA DIRI MEREKA DENGAN PERTANYAAN
Orang-orang yang akan meninggal membawa banyak beban emosi dalam diri mereka. Mereka membawa khawatir, rasa bersalah, kesedihan, kepahitan, kemarahan, sukacita, dan banyak emosi lainnya. Kita perlu membuka diri mereka untuk mereka bisa melepas beban mereka. Banyak orang tidak tahu bagaimana cara melepaskannya. Teman menolong teman melepaskannya.
Ada kemampuan untuk membantu mereka melepaskannya. Dengan menanyakan pertanyaan yang akhirnya terbuka. Itu berarti pertanyaan yang tidak bisa dijawab dengan ya atau tidak. Kita menanyakan pertanyaan yang membutuhkan jawaban lebih dari satu atau dua kata. Ini adalah kemampuan.
Rancangan di dalam hati manusia itu seperti air yang dalam, tetapi orang yang pandai tahu menimbanya. | Amsal 21:5
Hati manusia perlu ditimba sehingga bisa dikeluarkan. Kita perlu menjadi orang pandai yang tahu melakukan itu. Cara melakukannya adalah dengan menanyakan pertanyaan yang akhirnya terbuka.
Salah satu masalah atau ketakutan saat menghadapi orang yang akan meninggal adalah bagaimana jika mereka memberi pertanyaan yang kita tidak tahu jawabannya? Kenapa saya? Kenapa sekarang? Kenapa begini? Kita tidak akan pernah tahu itu kecuali jika kita berada di balik kekakalan. Tidak apa jika mereka bertanya itu. Kita bukan Tuhan dan penjelasan tidak akan menenangkan. Yang mereka benar-benar butuhkan hanyalah mengeluarkannya.
Ketika kita mendapat pertanyaan yang tidak bisa dijawab, kita tanyakan kembali dengan kalimat berbeda. Contoh jika seseorang bertanya apakah dia akan mati? Daripada menjawab itu, ubah pertanyaan itu menjadi apa arti meninggal bagimu? Tunggu dan dia akan bicara. Dia akan mulai mengeluarkan emosi mereka. Atau jika ada yang bertanya kenapa ini menipa dia? Kita tahu tujuan Tuhan jauh lebih besar dan janji-janji Tuhan lainnya tapi kita tidak tahu detil tujuan itu. Tapi kita bisa bertanya kembali apa yang dia rasa sedang terjadi padanya? Dengan begitu mereka akan mulai bicara dan membuka diri.
Salah satu ketakutan orang yang mau meninggal adalah urusan yang belum terselesaikan. Sebagai teman, tidak apa untuk membicarakan semua urusan itu. Sangat baik untuk membantu mereka mengeluarkannya. Jika kita punya urusan yang belum selesai dengan mereka, bukanlah tempat kita untuk berbicara pada saat itu. Jika kita punya kepahitan dengan orang tua atau mau menjadi kritis dengan seseorang, sudah terlambat untuk mengatakannya pada saat orang itu sedang sekarat. Kita tidak berhak untuk membuangnya pada mereka karena saat itu semuanya bukanlah tentang kita, tapi tentang mereka.
Jika kita mau meminta maaf, itu tidak apa. Tapi jika kita mau membuat pernyataan yang menghakimi atau kritis, maka kita adalah seorang pengecut dan kita tidak melakukannya pada saat kita bisa melakukannya.
Jika kita punya masalah dengan orang tua kita, telepon atau hampiri mereka dan selesaikan sekarang. Jangan tunggu sampai mereka terbaring tak berdaya di kasur. Itu sudah terlambat.
Jika punya konfrontasi untuk dilakukan, waktunya adalah sekarang karena pada saat itu semuanya bukanlah tentang kita bagaimanapun sakitnya diri kita.
Biarkan mereka meninggal dengan harga diri.
Apa yang harus kita lakukan jika kita punya kepahitan dan ingin membuangnya ke mereka? Kita keluar dan pergi ke ruangan lain. Tulis sebuah surat berisi apa yang mau kita katakan dan kita baca keras-keras di depan orang lain. Kita buang itu pada orang lain, bukan pada orang yang sedang sekarat.
Jika kita punya sesuatu yang tidak menyenangkan dalam diri kita terhadap orang lain, lakukan sekarang. Karena sudah terlambat jika kita mau melakukannya saat orang itu sudah sakit dan akan meniggal. Pada saat itu adalah tentang mereka, bukan kita.
Jika mereka tidak mau membicarakan kematian, tidak apa. Itu hak mereka.
6. INGAT KELUARGANYA PUNYA KEBUTUHAN JUGA
Kita bisa membantu seluruh keluarganya, bukan hanya orang yang sedang sekarat saja. Kita bisa menanyakan pertanyaan yang keluarganya tidak enak untuk tanya. Tidak apa bagi kita untuk bertanya apa sudah membuat persiapan untuk kematiannya? Apa yang diinginkan di ibadah penghiburannya? Seseorang harus menanyakan itu. Tidak apa untuk kita sebagai teman untuk bertanya apakah ada wasiat. Kita tidak akan berada di dalam wasiat itu, jadi tidak masalah.
Teman mengurus teman dan keluarga temannya. Apakah ada orang yang kita perhatikan dengan tidak egosi? Belajarlah memberi dan melayani. Itulah kekristenan yang sejati. Jika kita tidak memberi diri kita dengan tidak egois untuk membantu orang lain, maka kepercayaan kita perlu diragukan. Yesus tidak datang untuk membuat kita puas. Dia datang untuk mengajar kita menjadi dewasa, menjadi tidak egois, menjadi seperti-Nya, bagaimana belajar mengasihi, dan bagaimana memperlakukan orang lain di dunia sama berharganya di mata Dia.
7. BAWA MEREKA PADA YESUS
Kita tidak bisa menyembuhkan siapapun secara fisik. Tapi Yesus bisa menyembuhkan mereka secara rohani.
Membawa mereka kepada Yesus dan bisa menghabiskan kekekalan di surga adalah harapan kita dan mereka.
Berpalinglah kepada-Ku dan biarkanlah dirimu diselamatkan, hai ujung-ujung bumi! Sebab Akulah Allah dan tidak ada yang lain. | Yesaya 45:22
Hanya melalui Yesus saja orang diselamatkan. Sebab di seluruh dunia di antara manusia tidak ada seorang lain pun yang mendapat kekuasaan dari Allah untuk menyelamatkan kita. | Kisah Para Rasul 4:12 (BIS)
Tuhan tidak mengirim 20 Yesus untuk kita. Dia hanya mengirim satu Yesus untuk menyelamatkan kita. Salah satu hal yang Yesus lakukan adalah membawa pergi ketakutan kita akan kematian dengan kematian-Nya sebagai manusia. Hanya dengan kematian, Dia bisa mematahkan kuasa iblis yang memiliki kuasa kematian.
Karena itu, Yesus sendiri sama dengan mereka. Ia hidup sebagai manusia yang bisa mati seperti mereka. Ia berbuat begitu supaya dengan kematian-Nya Ia dapat menghancurkan Iblis. Karena, Iblis itulah yang menguasai kematian. Dengan menghancurkan Iblis, Yesus membebaskan orang-orang yang sepanjang hidupnya dikuasai oleh rasa takut kepada kematian dan hidup tidak bebas seperti budak-budak. Mereka dikuasai oleh rasa takut pada kematian. | Ibrani 2:14-15 (BSD)
Tuhan mau mematahkan ketakutan akan kematian dalam hidup kita dan dia mau kita membantu orang lain untuk tidak merasa takut juga akan kematian.
Jadi, kami tidak memperhatikan apa yang kami lihat sekarang, yaitu segala kesulitan di sekeliling kami, tetapi kami mengharapkan kesukaan di surga yang belum kami lihat. Kesulitan-kesulitan akan segera berlalu, tetapi kesukaan yang akan datang kekal untuk selama-lamanya. | 2 Korintus 4:18 (FAYH)
Ketika seseorang akan meninggal, kita mau mendukung mereka seperti apa yang Daud lakukan.
Aku dikelilingi bahaya maut, perangkap maut ada di depanku. Dalam kesesakanku aku berseru kepada TUHAN, aku berteriak kepada Allahku mohon pertolongan. | Mazmur 18:5-6
Kita tidak bisa menawarkan kepada orang lain jika kita belum menyelesaikan masalah kita dengan tujuan kita nanti. Jika kita masih tidak yakin kemana kita akan pergi setelah kematian, kita sedang bertaruh dengan kekekalan kita. Jika kita meninggal malam ini, apakah kita 100 persen yakin kita akan masuk surga?
Jika kita berdiri di pintu surga di hadapan Yesus dan Yesus bertanya kenapa Dia harus mengijinkan kita masuk ke rumahnya, apakah kita tahu jawaban yang tepat? Jika belum berdoalah seperti ini:
Tuhan Yesus, Engkaulah Tuhan dan aku bukan. Aku butuh Engkau untuk memaafkan kesalahan-kesalahan di masa laluku. Aku butuh permulaan yang baru dan aku mau berhubungan dengan Aku. Sejauh mana yang aku tahu, aku mengundang Engkau masuk ke dalam hatiku dan menjadi juruselamatku. Amin.
Hendaklah kalian saling membantu menanggung beban orang, supaya dengan demikian kalian mentaati perintah Kristus. | Galatia 6:2 (BIS)