Effective evangelism requires relationships.
Inilah yang saya highlight dari buku yang tengah saya baca. Judulnya “Seeking Allah, Finding Jesus” karya Nabeel Qureshi. Nabeel Qureshi adalah seorang Kristen Amerika yang berpindah agama dari Islam. Saya tertarik membaca buku ini karena direkomendasi oleh Tracy Trinita yang tergabung dalam Ravi Zacharias International Ministries bersama dengan Nabeel juga.
Perjalanan Nabeel berpindah agama ini tidak akan banya saya ceritakan. Beli bukunya dan baca sendiri jika penasaran. Tapi saya tergerak untuk menulis tentang bagaimana Nabeel berkata bahwa penginjilan yang efektif membutuhkan hubungan.
Nabeel menceritakan bagaimana teman-temannya yang bahkan Kristen hanya menganggapnya sekadar saja. Mereka tidak mau menjadi terlalu dekat dengannya karena agama Nabeel. Tapi pada masa kuliahnya, Nabeel bertemu dengan David Wood yang pada akhirnya menjadi teman baiknya (sampai kekelalan nanti, sepertinya).
David yang seorang Kristen tidak pernah memaksakan agama atau nilai-nilai kristiani kepada Nabeel. Dia berteman baik dengan Nabeel tanpa syarat. Bahkan yang memulai argumen tentang Islam & Kristen adalah Nabeel terlebih dahulu. Setelah melewati berbagai argumen dan pencarian (saya belum membaca selesai bukunya), saya bisa menyimpulkan bahwa Nabeel bisa menjadi seorang Kristen karena memiliki hubungan dengan David.
Karena penasaran, maka saya mencari tahu tentang David Wood ini dan pengalaman hidupnya ternyata cukup miris. David dulunya adalah seorang sociopath.
Sociopaths don’t form normal attachments to other people. They lack empathy. When they see a person suffering they don’t feel bad over it.
David tidak merasa terhubung dengan orang lain. Dia tidak empati dan tidak merasa buruk saat melihat orang lain menderita. Dia sampai kepada titik dimana dia memukuli ayahnya dengan palu. David masuk ke penjara dan di dalam penjara dia bertemu dengan seorang Kristen bernama Randy yang berbeda dari kebanyakan. Dia mulai membangun hubungan dengan orang ini dan sangat sering berargumen.
He started arguing with me and he started tearing me to pieces, and that was very different from other Christians that I’d argued with in the past. And this happened for a couple of months of [having] a series of arguments with Randy of Christianity versus my worldview. Randy was winning the arguments that we were getting into. I’m not going to beat him this way I am going to have to really learn the Bible so that I can respond to him. I regarded that as my weakness.
Randy selalu menang dari argumen sehingga membuat David terus mempelajari Alkitab supaya bisa menyanggah Randy. Tapi itu malah membawanya kepada penerimaan akan Yesus. Perubahan terjadi dalam David. Dia bisa melihat dunia ini secara berbeda.
And I ran through the sinners prayer that I had heard there in the jail [and] when I sat up the whole world looked different. It looked like I was in a different place, it looked like it was a different colour, and I didn’t know if this was just something weird going on but I didn’t want to hurt anyone at that point. Soon an amazing calm… it felt like I had been physically non-stop brawling all my life and then I finally could just sit down and rest.
Bisakah kita melihat benang merah ini? Nabeel percaya kepada Yesus karena memiliki hubungan dengan David. David percaya kepada Yesus karena memiliki hubungan dengan Randy. Dan siapa yang tahu Randu percaya kepada Yesus karena memiliki hubungan dengan siapa.
Selalu ada orang yang membawa kita kepada Kristus. Pertanyaannya apakah kita akan menjadi orang itu juga?
Saya pribadi juga percaya kepada Yesus karena ada orang-orang yang membantu saya mengenal-Nya dan sekarang saya terus bergerak untuk menjalin hubungan dengan orang lain dimana Kristus boleh dinyatakan melalui hubungan yang tulus tersebut.
By the way, saya menemukan bahwa Nabeel ternyata telah dipanggil Tuhan pada tahun 2017 di usianya yang ke-34 tahun karena kanker perut. Saya percaya dia telah membuat banyak perubahan dan buku-bukunya juga sangat membukakan mata serta pikiran.
Be blessed!
Hanson Tjung 