Masa transisi sudah mulai kembali. New Normal pun akan segera berjalan. Selama masa karantina tentunya banyak yang mengalami masalah. Banyak yang diberhentikan, pemasukan berkurang, usaha-usaha mengalami kerugian, dan masih banyak lagi.
Hal ini tentunya akan berdampak pada kesehatan emosional kita. Kita tidak tahu kapan new normal ini akan berlangsung. Keadaan juga pasti belum sepenuhnya pulih seperti dulu. Bahkan ada beberapa protokol yang perlu diikuti dengan seksama supaya tidak terjadi keteldoran dan menyebabkan kerugian yang lebih besar.

Dalam keadaan seperti ini, saya belajar 3 hal yang perlu menjadi pedoman kita untuk tetap menjaga kesehatan emosional kita. Dengan mempraktekkan ketiga ini maka kita akan lebih tenang dan bijaksana dalam bertindak.
1. JANGAN KUATIRKAN APAPUN
Kuatir adalah penyebab utama stress. Saat kita kuatir, kita berusaha mengendalikan sesuatu yang tidak bisa kita kendalikan. Kita tidak bisa mengendalikan masa depan, kita kuatir. Kita tidak bisa mengendalikan penyakit, kita kuatir.
Kembali kepada iman dan pengharapan.
Ketika kita percaya kepada Tuhan, kita tidak perlu kuatir karena Tuhan memegang kendali atas segalanya. Masa depan kita aman bersama-Nya.
Kita perlu menyadari bahwa di saat kita kuatir, kita sedang mempraktekkan ateism. Kita sedang mengatakan bahwa tidak ada Tuhan yang memelihara kita. Tuhan tidak dapat membantu kekuatiran kita.
Dengan tidak kuatir, hidup kita akan jauh lebih tenang. Serahkanlah segala ketakutan dan kekuatiran kita kepada Tuhan.
2. DOAKAN SEGALANYA
Tuhan mau mendengar semua yang kita doakan. Jika Tuhan mau mendengar pujian kita, kenapa Dia tidak mau mendengar keluhan kita? Kita bisa mencurahkan segala isi hati kita kepada Tuhan. Apapun yang kita pikirkan atau rasakan, Tuhan mau kita mengutarakan semua itu pada-Nya.
Dalam kehidupan ini terkadang kita membutuhkan bantuan orang lain untuk bisa mencurahkan isi hati kita. Kita perlu menceritakan semua ketakutan, masalah, dan kekuatiran kita. Sangatlah tidak sehat untuk memendamnya seorang diri.
Itulah sebabnya kita membutuhkan teman-teman yang peduli pada kita dengan kasih tak bersayarat (sama seperti kasih Tuhan). Mereka bisa berdoa bersama dengan kita. Mereka bisa memberikan nasehat.
Orang-orang memang bisa meninggalkan kita (apalagi dengan segala kesibukan dan pergumulan mereka masing-masing). Walaupun begitu, kita masih punya Tuhan yang bisa diandalkan. Dia mau mendengarkan kita dan menjawab setiap doa kita. Tuhan selalu menjawab doa kita. Tidak pun adalah sebuah jawaban.
Saat kita berdoa, kita sedang melatih iman kita. Kita sedang beriman kepada Tuhan. Kita tahu Tuhan ada dan mendengar semua doa kita. Kita tahu Tuhan tetap bekerja walaupun kita tidak melihatnya. Dia tidak pernah tinggal diam. Bahkan Dia ikut bersedih dengan kita di saat kita berduka.
Saat kita mencurahkan semua beban kita melalui doa, kita tidak sedang menaggungnya sendirian. Tuhan ikut menanggungnya. Bahkan Dia mau menanggung semua beban kita. Kelegaan akan diberikan kepada kita.
3. BERSYUKUR DALAM SEGALA HAL
Bersyukur memindahkan fokus dari masalah kepada pribadi yang sanggup menyelesaikan masalah.
Bersyukur membuat kita lebih dekat dengan pemecahan masalah daripada kepada masalah. Pemecahan masalah itu ada pada Tuhan kita. Oleh karena itu dengan bersyukur, kita sedang menaruh pengharapan kita pada Tuhan yang memegang kendali.
Daripada mengeluhkan masalah kita kepada Tuhan, kenapa kita tidak banggakan Tuhan kepada masalah kita. Katakan kepada tekanan kita bahwa Tuhan memberikan kelegaan. Dia akan memberikan jalan keluar. Dia selalu menyertai. Dia punya rancangan yang baik untuk kita.
Bersyukur mengalihkan perhatian kita dari yang negatif kepada yang positif dan itu akan membawakan kesehatan emosional.
Jangan menyerah atas kehidupan ini. Keadaan mungkin kelihatannya buntu. Tapi hidup ini adalah sebuah anugerah. Hidup ini indah. Jangan kuatir, nyatakan semuanya dalam doa, dan miliki kebiasaan mengucap syukur dalam segala hal.
Be blessed!
Satu komentar