Saya Lelah! Krisis Identitas


Beberapa minggu ini saya sedang mengalami yang namanya krisis identitas, Setidaknya itulah yang teman saya katakan ketika saya menceritakan situasi saya. Krisis identitas ini kemudian diamini oleh buku Atomic Habits yang saya baca di bab terakhir-terakhir.

Kalau mau ditanya kenapa bisa sampai mengalami ini, saya sendiri masih bingung. Banyak pemikiran berkecamuk (gila, bahasanya!) dan saya sendiri sulit untuk mendapatkan gambaran jelas. Tapi saya akan coba membagikan kenapanya.

Identity crisis is a period of uncertainty and confusion in which a person’s sense of identity becomes insecure, typically due to a change in their expected aims or role in society.

Arti krisis identitas sendiri adalah keadaan tidak pasti atau kebingungan dimana identitas menjadi tidak aman, biasanya karena perubahan dari tujuan atau peran yang diharapkan dalam masyarakat.

Jadi memang saya sedang membentuk kebiasaan-kebiasaan baik seperti bangun pagi, lari setiap hari, membuat jurnal, membaca buku, menulis, mengurangi penggunaan media sosial, dan berolahraga. Sampai ke titik tertentu, saya merasakan kebosanan dan mulai melewatkan beberapa kebiasaan. Saya mulai kembali suka begadang dan bangun siang. Saya melewatkan membuat jurnal dan refleksi. Saya malas berolahraga. Saya kembali suka membuka-buka media sosial.

Mungkin saya merasa kalau saya tidak berhasil mempraktekkan apa yang saya ajarkan. Pada dasarnya, saya tergerak untuk melakukan sesuatu yang baik dan benar. Tapi ketika di lapangan, yang terjadi adalah saya sangat mudah dialihkan. Saya tidak bisa menggerakkan diri sendiri bahkan di saat saya tahu itu adalah hal yang harus saya kerjakan.

Saya terlalu terburu-buru dan tidak fokus. Saya melakukan semuanya sekaligus. Saya kelelahan. Beban saya menjadi sangat berat karena beban identitas-identitas ini. Saya perlu memperlambat gerakan saya dan membuat kebiasaan ini dengan jelas. Saya haru smembuat perencaan dengan tepat dan melaksanakannya. Buku yang saya baca secara gamblang memberikan langkah-langkah yang praktis, tapi saya belum menyediakan waktu untuk benar-benar mengaplikasikannya.

Masalah dengan sebuah kebiasaan adalah ketika kita sudah terbiasa maka semuanya akan menjadi otomatis sampai kita lupa untuk mereviewnya. Kita tidak meningkatkan diri lagi. Kita merasa puas dengan pencapaian saat itu. Kemudian kita merasa tidak ada lagi yang bisa kita kerjakan. Performa mulai menurun. Kita kembali kepada kebiasaan lama dan nyaman di sana.

Untungnya saya menemukan jawaban untuk mengatasi krisis identitas ini.

Buatlah identitas kita tetap kecil.

Inilah solusinya.

Semakin besar kita membiarkan identitas mendefinisikan kita, semakin kita tidak bisa beradaptasi dengan tantangan dan perubahan yang ada.

Ketika saya sudah terbiasa untuk menulis jurnal, saya merasa bosan karena setiap hari hanya itu-itu saja yang saya tulis. Saya tidak melihat perubahan. Saat saya tidak melakukannya lagi, saya kehilangan identitas saya sebagai seorang penulis jurnal. Saya menyerah.

Dulu saya biasa lari jam 7 pagi. Tapi ketika terbiasa lari setengah 6, saya tidak mau lari di jam 7 lagi karena merasa sudah siang dan ramai (padahal sama saja kondisinya dengan pertama-tama). Alhasil ketika tidak bangun jam 5 atau sudah kelewatan setengah 6, saya memilih tidak lari.

Saya menganggap diri sebagai seorang pembaca tapi saat ada teman mengajak bermain game, saya hanya meletakkan buku yang seharusnya saya baca di meja. Saya tidak bisa beradaptasi dengan tantangan dimana saya seharusnya memilih membaca buku itu. Ketika saya tergoda untuk melakukan hal lain dan melewatkan membaca, saya menyerah dan kehilangan identitas saya sebagai seorang pembaca.

Hal ini terjadi bertubi-tubi. Saya melewatkan berlari, beribadah di hari Minggu, berolahraga, mengurangi media sosial, membaca, menulis, dan lainnya. Akibatnya krisis identitas langsung datang bak badai (asek bahasanya) dan saya merasakan kegagalan. Dengan perubahan kebiasaan dan tujuan yang saya harapkan, saya kebingungan sendiri.

Lantas bagaimana cara membuat identitas ini tetap kecil? Apa maksudnya? Jawabannya adalah dengan mendefiniskan ulang diri kita sehingga kita tetap bisa menyimpan aspek penting dari identitas kita walaupun peran kita mulai berubah.

Contohnya seperti berikut.

  • “Saya adalah seorang pelari” menjadi “Saya adalah tipe orang yang peduli dengan kesehatan dan secara mental tangguh terutama dalam latihan fisik”.
  • “Saya adalah seorang pembuat konten” menjadi “Saya adalah tipe orang yang kreatif, memiliki banyak ide, disiplin, bisa diandalkan, dan bisa bekerja sama”.
  • “Saya adalah pebisnis” menjadi “Saya adalah tipe orang yang membangun sesuatu dan sanggup memimpin tim”.
  • “Saya adalah seorang pembaca” menjadi “Saya adalah tipe orang yang selalu antusias mempelajari hal-hal baru”.

Ketika saya mendefiniskan ulang identitas saya, maka ketika teralihkan saya tetap menganggap diri saya sebagai orang yang antusias dalam belajar sehingga saya tidak menyerah untuk membaca buku. Saya tetap peduli dengan kesehatan dan semakin bersemangat berolahraga. Walaupun saya tidak bisa berlari, saya bisa menjaga makanan saya. Saya bisa melakukan olahraga kecil di rumah seperti naik turun tangga atau push up.

Sampai sekarang pun saya sedang berusaha untuk kembali membangun kebiasaan baik saya terutama bangun jam 5 pagi. Saya tetap berlari walau menggunakan treadmill atau berlari di gym. Saya selalu meluangkan waktu setidaknya membaca 1 halaman buku (walau akhirnya kebablasan sampai 10 halaman). Saya tetap menulis blog walaupun masih kejar-kejaran 2x sehari.

Intinya adalah saya harus tetap mengerjakan kebiasaan baik ini. Walaupun bosan dan mudah teralihkan, frekuensi saya melakukannya harus tetap ada minimal 2 menit dalam sehari. Saya hanya boleh melewatkan 1 hari saja. Setelah itu besoknya harus saya kejra ketertinggalan saya karena jika kita melewatkan 2 hari, kita sedang membuka celah untuk kebiasaan buruk kembali masuk.

Doakan saya ya. Setelah 1 bulan saya akan mereview kebiasaan bangun pagi saya. Blog ini adalah bukti saya menantang diri sendiri!

Be blessed!

4 Thoughts

Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Gambar Twitter

You are commenting using your Twitter account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s