Selesai juga editan videonya. Render 20 menit, lama juga ya? Done! Saatnya QC (Quality Control)! Loh, warnanya kurang terang di angle ini! Edit lagi, render 20 menit lagi. Liat lagi, eh? Kok subtitlenya titik? Harusnya koma. Edit lagi, render lagi. Ada lagi yang kelewatan! Edit lagi, render lagi.
Hey! Jangan cuma baca dan belajar saja, tapi hargai penulisnya dengan like, follow, dan kasih pendapat di komen serta bagikan supaya kehidupan bersama lebih baik.
Ini adalah salah kasus perfeksionis yang saya sering alami ketika edit video. Di lain kasus ada lagi ketika menunggu terobosan terjadi tapi saya masih belum merasa cukup skill dan minder. Bagaimana kalau nanti hasilnya tidak memuaskan? Saya tunggu saja sampai skill saya benar-benar memadai. Tapi sampai kapan?
Perfeksionis adalah orang yang memiliki pandangan bahwa segala sesuatu harus sempurna.
Beberapa tanda dari seorang perfeksionis adalah suka menaruh standar tinggi terhadap diri sendiri dan orang lain dan suka menggunakan kata seharusnya. Rasa percaya diri seorang perfeksionis juga sangat dipengaruhi reaksi orang atas pencapaiannya. Mereka sering terganggu dengan sebuah kesalahan kecil dan sering melewatkan sebuah peluang karena merasa kurang mampu dan terlalu banyak berpikir.

Dalam 1 sisi memang perfeksionisme itu sesuatu yang baik karena kita berusaha memastikan semuanya berjalan dengan baik, tanpa cacat. Namun Perfeksionisme dapat menyebabkan seseorang memiliki perhatian berlebih terhadap detail suatu hal, sensitif terhadap kritik, cemas berkepanjangan, keras kepala, berpikir sempit, dan suka menunda. Hal-hal inilah yang dapat menghambat keberhasilan. Kita menunggu keadaan menjadi sempurna atau kita membuang waktu sampai hasilnya menjadi sempurna.
Oleh karena itu hendaknya kalian para perfeksionis mengubah cara berpikir kalian. Miliki 3 pemikiran ini deh, sama seperti yang saya sekarang mulai biasakan.
1. 2 LANGKAH MAJU, 1 LANGKAH MUNDUR
Dari sekian banyak bacaan tentang mereka yang berhasil, selalu ada yang namanya kegagalan. Ada halangan yang mendorong mereka untuk mundur. Mungkin awalnya mereka berhasil membuat sesuatu yang membanggakan, tapi setelah itu biasanya akan ada efek sampingnya seperti kegagalan atau tidak sesuai ekspektasi atau tidak diakui atau sebutkan sendiri curhatan hati kalian.
Cacat dalam karya itu pasti akan terjadi tapi jika itu membuat kita berlama-lama menahan karya kita hingga membuang waktu kita yang seharusnya bisa dipakai untuk menghasilkan karya lain, maka kita sendiri juga yang dirugikan.
Bandingkan 10 video yang saya buat dan publish setiap hari daripada 10 video yang saya buat dan edit 1 video bisa sampai 1 minggu kemudian tayang tiap 2 minggu sekali. Tentunya akan jauh lebih efektif yang pertama.
Buatlah langkah ke depan lebih banyak. Ketidaksempurnaan biasanya akan menghantui tapi teruslah melangkah. Maju gagah, maju gagah, mundur cyantik.
2 FOKUS PADA LANGKAH KECIL
Tidak usah muluk-muluk harus menghasilkan karya yang luar biasa kerennya. Fokuslah kepada sesuatu yang memang kita bisa dan pandai kerjakan. Kalau saya lihat hasil-hasil karya orang lain di TikTok, banyak hasil editan dan video yang alamak bikin penasaran dan minder karena karya saya tidak se-alamak mereka.
Seringkali saat melihat media sosial, kita menjadi iri hati. Kita menjadi minder. Kenapa mereka bisa maju dengan cepat tapi kita tidak. Kenapa mereka bisa membuat seperti itu tapi saya tidak.
Tapi saya tetap fokus pada perjalanan saya. Saya bisa kerjakan apa, saya kerjakan itu. Perlahan-lahan tentunya saya belajar juga untuk membuat yang lebih alamak. Biasanya level up itu akan datang dengan sendirinya.
“Berhenti mengeluh, Hanson,” kata teman seperjuangan TikTok saya.
Yes, mengeluh tidak ada gunanya dan memang tidak akan membawa kita kemana-mana.
3. KESEMPURNAAN ITU TIDAK NYATA
Adakah karya yang sempurna? Adakah manusia yang sempurna? Adakah pekerjaan atau usaha yang sempurna?
No, no, no!
Banyak orang yang mengidentifikasi diri mereka sebagai perfeksionis namun pada kenyataannya mereka menggunakan itu hanya untuk menutupi ketakutan mereka.
Biasanya kita beralasan saat tidak mau mengerjakan sesuatu, kita takut gagal. Kita takut hasil kita belum sempurna. Kita belum mau melakukannya. Tapi pada kenyataannya kita hanya takut jika kita menunjukkan hasil karya kita, teman-teman atau keluarga tidak suka dengan karya kita.
Kita mengatakan bahwa kita adalah orang yang perfeksionis. Tapi pada nyatanya kita takut gagal, takut penolakan, takut pendapat orang lain, takut jika tidak ada orang lain yang membeli apa yang kita perlihatkan. Jadinya kita beralasan bahwa keadaan belum sempurna.
Ketakutan apa yang menjadi musuh di balik perfeksionisme kita? Kita bukanlah seorang perfeksionis. Kita hanya takut.
Itu dia 3 pemikiran yang saya selalu canangkan dalam pikiran untuk menghadapi perfeksionisme. Ada pemikiran yang lain? Boleh bagikan juga yuk!
Be more positive, creative, and productive! Be blessed!
Capek kadang jadi perfeksionis tuh 😁
SukaDisukai oleh 1 orang
Setuju makanya harus bisa disikapi dengan benar.
SukaDisukai oleh 1 orang