Setelah beberapa tahun menghilang, Joker akhirnya kembali tepat pada malam Natal ke Desa Bakung yang adalah kampung halamannya. Namun warga desa yang tidak menyukainya malah mengusirnya. Dipenuhi kebencian dan dendam, Joker mengutuk Desa Bakung. Kini warga Desa Bakung harus hidup di dalam kutukan Joker setiap Natal. Korban pendamaian juga harus diserahkan setiap tahun untuk meringankan kutukan tersebut. Menyadari kesalahan mereka, warga desa memutuskan untuk memperbaiki hubungan dengan Joker.

Kutukan Di Desa Bakung adalah sebuah musikal Natal tentang kebencian, dendam, ketidakadilan, kehilangan, pertobatan, dan rekonsiliasi. Kisah ini membuktikan bahwa kasih memang layak diperjuangkan. Tidak ada yang lebih menyenangkan daripada hidup bersama dalam damai dan kasih.



Ini adalah musikal terheboh yang pernah saya buat selama saya pelayanan di bidang media. Dan kebenaran saya juga ikut berperan di musikal ini. Mengatur begitu banyak peran dan figuran bisa dikatakan cukup memakan emosi dan pikiran. Berkat kesatuan hati dan kerja sama, tidak ada yang mustahil. Merupakan tantangan tersendiri untuk men-direct para pemeran, terutama ada yang baru pertama kali bermain drama. Kemudian ada rekaman lagu, koreografi, kostum, Make-Up, dekorasi, dan stage performance.

Di musikal ini juga perdananya kami melakukan rekaman lagu. Memang kebetulan adalah cara Tuhan meningkatkan kita. Dengan kenalan dari salah satu pemuda, rekaman lagu menjadi hal yang ternyata tidak terlalu sulit dan menyenangkan. Saya juga mengubah semua lirik lagu “Let It Go” sesuai dengan jalan cerita musikal ini.

Koreografi menjadi tantangan bagi para pemeran karena banyak dari kami yang memang tidak pernah menari. Berkat kesabaran dari para penari yang mengajari koreo, kami pun bisa. Kemudian ada kostum dan make-up. Berkat tanggungjawab dua pemudi yang saya tunjuk, kami mendapat tempat sewa kostum dan orang yang bisa mendandani beberapa pemeran penting yang membutuhkan dandanan khusus seperti oma Mary dan Elsa.

Di musikal ini juga pertama kalinya ada desain panggung yang ternyata terlihat sangat bagus. Ketua panitia yang memegang peranan besar dengan mengenalkan saya pada orang dekor. Mulai dari perlengkapan yang dibtuhkan saat tampil dan dekorasi panggung, semuanya menjadi kesatuan yang sempurna. Gladi resik di panggung memang bisa dikatakan sangat kurang. Apalagi dengan lighting dan camera yang disewa. Lighting hanya latihan beberapa jam sebelum tampil. Sedangkan camera sama sekali tidak siap. Mungkin dua itu memang kekurangan di musikal ini dan itu akan menjadi pertimbangan utama saya jika ada musikal seperti ini.

Puji Tuhan, musikal ini bisa menjadi berkat bagi orang tua dan teman-teman saya, khususnya. Saya senang mereka bisa menikmati musikal ini. Salah satu teman saya yang bukan Kristen suka menyanyikan “Kulihat” walaupun dia tidak tahu lirik benarnya. Papa saya juga tidak percaya kalau saya bisa bernyanyi, walaupun itu rekaman haha! Bahkan ada beberapa orang yang tidak percaya kalau semua dialog itu live. Papa saya suka dengan komedi dari musikal ini yang ditunjukkan oleh si kembar tiga. Dan yang paling lucunya, beberapa minggu setelahnya saya masuk ke Sekolah Minggu dan anak-anak dengan hebohnya mengatai saya “Ladin”. Mereka meniru-niru semua adegan dari musikal. Bahkan anak-anak perempuan memilih peran mereka baik itu menjadi Jasimine ataupun Elsa.

Suatu pengalaman yang luar biasa bisa memegang musikal ini. Mulai dari yang tidak ada apa-apa menjadi penampilan berdurasi satu jam. Proses latihan yang melelahkan sekaligus menyenangkan. Puasa dan doa bersama diikuti dengan emosi saya yang memarah-marahi yang lain. Ada juga saat dimana saya membutuhkan bantuan orang lain untuk men-direct saya. Candaan-candaan dan kesalahan-kesalahan lucu. Ada juga anak-anak yang menggemaskan saat rekaman, latihan, dan melihat kami latihan. Tidak lupa juga dengan bermain karet bersama selesai latihan dimana saya menderita encok-encok setelah bermain. Pergi bersama ke tempat sewa kostum dan jalan-jalan setelahnya. Semua itu tidak akan pernah bisa dilupakan.

Karya yang diharga memang menjadi kepuasan tersendiri. Hasil kerja sama dan jerih payah di dalam Tuhan memang tidak akan pernah sia-sia. Beberapa tahun dari sekarang, kita akan lihat apa lagi yang bisa seorang Hanson Tjung buat. Yang pasti, saya akan membuat yang jauh lebih keren dan tentunya memberkati.

Be blessed!

One thought on “Kukutkan Di Desa Bakung (Musical 2014)”

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *