Bayangkan Anda dan Tuhan Yesus sedang berjalan bersama di jalan. Pada sebagian besar jalan tersebut, jejak-jejak kaki Tuhan terlihat mantap, konsisten, jarang berbeda jaraknya. Tetapi jejak-jejak kaki Anda tampak sebagai suatu garis yang berkelok-kelok, jejak-jejak awal baru, jejak-jejak berhenti, memutar, melingkar, berangkat, dan berbalik.

Pada sebagian besar jalan itu, jejak-jejak kaki Anda tampak seperti itu. Tetapi perlahan-lahan, jejak-jejak kaki Anda semakin menjadi searah dengan jejak-jejak kaki Tuhan, dan tak lama kemudian sejajar dengan langkah-Nya secara konsisten. Anda dan Yesus sedang berjalan sebagai sahabat sejati.

Footprints in the Sand

Hal ini tampak sempurna, tetapi kemudian ada hal menarik yang terjadi: jejak-jejak kaki Anda yang dahulu menginjak pasir di sebelah jejak kaki Tuhan sekarang berada tepat di jejak-jejak kaki-Nya. Di dalam jejak kaki-Nya yang lebih besar terdapat “jejak pasir” kecil yang ebrada aman di dalam jejak kaki-Nya. Anda dan Yesus sudah menjadi satu.

Jejak-jejak kaki berjalan sampai beberapa mil. Tetapi perlahan-lahan Anda memperhatikan perubahan lainnya. Jejak kaki yang berada di dalam jejak kaki yang lebih besar tampak tumbuh lebih besar. Akhirnya jejak kaki itu lenyap sama sekali. Hanya ada satu pasang jejak kaki. Jejak-jejak kaki itu menjadi satu.

Sekali lagi, ini berlangsung dalam waktu yang lama. Tetapi kemudian ada sesuatu yang aneh terjadi. Sepasang jejak kaki kedua itu kembali. Dan kali ini jejak-jejak kaki itu tampak bahkan lebih buruk. Berkelok-kelok di sepanjang permukaan. Berhenti. Mulai lagi. Pijakan-pijakan yang amat dalam di pasir. Sejumlah jejak kaku yang benar-benar kacau balau.

Anda terheran-heran dan terkejut. Tetapi ini adalah akhir mimpi Anda. Sekarang Anda berbicara, “Tuhan, saya memahami gambaran pertama dengan kelokan-kelokan dan tak teratur dan seterusnya. Waktu itu saya adalah seorang Kristen baru yang baru-baru belajar. Tetapi Engkau berjalan terus melalui badai dan membantu saya untuk berjalan di dalam Engkau.”

“Itu benar.”

“Ya, dan ketika jejak kaki yang lebih kecil berada di dalam jejak kaki-Mu, saya benar-benar belajar untuk berjalan mengikuti jejak kaki-Mu. Saya mengikuti Engkau dengan sangat dekat.”

“Bagus sekali. Kamu telah memahami segalanya sampai saat ini.”

“Kemudian jejak kaki yang lebih kecil tumbuh dan akhirnya mengisi semua jejak kaki-Mu. Saya berpikir bahwa saya sungguh-sungguh bertumbuh begitu pesat sehingga menjadi seperti Engkau setiap harinya.”

“Persis sekali.”

“Tetapi inilah pertanyaan saya: Tuhan, apakah ada suatu kemunduran atau yang sejenisnya? Jejak kaki itu kembali menjadi dua, dan kali ini lebih buruk dari yang pertama.”

Tuhan tersenyum, kemudian tertawa. “Kamu tidak tahu?” Dia berkata, “Itulah saat ketika kita berdansa.”

– Mark Littleton

Be blessed!

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *