Jumat kemarin saya dan tim dari VCA Productions berdasarkan rekomendasi dari Prime Park Hotel mengunjungi Saung Angklun Udjo untuk menyaksikan pertunjukan angklung yang awalnya saya tidak menaruh harapan banyak. Tapi ternyata ekspetasiemamh suka berbeda dari realita.
Walaupun saya datang telat, namun saya masih sempat menyaksikan keahlian para pemain angklung yang digabung dengan alat musik modern. Yang paling membuat saya kagum dan terharu adalah saat mereka memperlihatkan keberagaman nusantara melalui tarian dan musik tradisional daerah-daerah seperti Angin Mamiri dan Yamko Rambe Yamko. Bagian Papua Yamko Rame Yamko begitu indah dan sempat membuat saya terharu (edit videonya saja tersentuh beberapa kali). Di akhir pertunjukan pembawa acara mengatakan bahwa Indonesia satu dari Sabang sampai Merauke dan mengajak setiap penonton untuk bertepuk tangan.
Tidak hanya sampai di sana, cucu dari Udjo, yang bernama Sendy mengajak setiap penonton untuk bermain angklung. Sendy sangat bisa membawa suasana. Tidak jarang dia memberikan sentilan-sentilan humor dengan gayanya yang halus. Setiap penonton diberikan 1 angklung dengan nama dan gambar kode tangan. Setiap Sendy memberi kode dengan tangan maka setiap orang yang memiliki kode tersebut harus memainkan angklung mereka. Kami memainkan 3 lagu. Dua di antaranya adalah I Have a Dream (Westlife) dan Cucak Rowo. Tepuk tangan riuh dari penonton setelah memainkan setiap lagu memenuhi tempat pertunjukan karena tidak disangka kami yang tidak saing mengenal dan tidak pernah memainkan angklung bisa menyajikan melodi lagu yang enak didengar.
Acara ditutup dengan para penonton yang diajak menyanyi dan menari bersama ke depan dan diakhiri dengan lagu Auld Lang Syne. Saya dan teman saya, Ruby, segera mencari Sendy untuk mewawancarainya dan dari obrolan itu saya sampai merinding saat Sendy menjelaskam bahwa angklung terbuat dari bambu dan bambu ini adalah alat yang dipakai untuk melawan penjajah. Bambu adalah ikon Indonesia yang mepersatukan kita. Kemudian angklung adalah alat musik yang tidak bisa dimainkan sendiri. Butuh kesatuan dan harmoni untuk bisa memainkannya. Itulah sebabnya Sendy yang masih berumur 16 tahun tertarik untuk meneruskan usaha dari kakeknya.
Sendy mengatakan bahwa jaman sekarang kita sudah tidak berperang melawan penjajah, namun melawan individualisme. Apakah kita sedang menjadi atau membawa generasi kita menjadi lebih ke individualis? Melalui Saung Angklung Udjo, saya terinspirasi untuk menciptakan dampak yang baik supaya kita lebih menghargai perbedaan dan saling menghargai satu dengn yang lain. Karena bagaimanapun…
Perbedaan itu indah. Tuhan suka menggunakan perbedaan untuk membuat perbedaan di dunia
Be blessed!
Kereeennn… Budaya Indonesia itu memang sangat indah. Itu baru segelintir Bandung yaa…
Banget! Next time kalau ke sana pasti di-explore lagi ya. Hidup Indonesia.
Angklungnya keren..indah sekali. Indonesia kaya budayanya. Hidup Indonesia.
Hidup!!!
[…] tempat wisata, dari hotel kita bisa pergi ke Saung Angklung Udjo dimana nasionalisme kita akan naik saat menyaksikan pertunjukan angklung yang menunjukkan […]