Masih ingat dengan cerita locker gym? Kalau lupa boleh dibaca kembali di sini.

Masih ingat dengan asuk ini?

Tapi ini asuk malah ngomel tahu lokernya dibuka.

Tidak maksud mengata-ngatai orang tua tapi malam ini saya dipertemukan kembali dengan asuk ini. Tapi dengan situasi yang berbeda. Saya pas selesai mandi dan sedang bersiap-siap pergi sementara ini asuk baru datang dan mencari loker. Kebenaran semua loker penuh cing! Dan nih asuk ke sana kemari cari-cari loker. Dia sempat menanyai orang di belakang saya apa sudah selesai. Orang belakang bilang belum.

Lucu dan tidak anehnya ni asuk pasti sadar kalau saya sudah kelar secara saya uda keluarin semua isi loker ke luar dan loker tetap saya buka memperlihatkan kehampaannya memanggil-manggil si asuk. Mungkin iya, mungkin tidak. Mungkin saya ke-geer-an, mungkin saya tidak; ni asuk cuma melewati saya beberapa kali melihat ke loker-loker. Dia tampak tidak mau menanyakan saya apa saya sudah selesai. Apakah dia masih belum pikun sehingga dia masih mengingat diri saya yang dia sindir-sindir waktu itu?

Jujur saya sempat berharap asuk ini mengalami hal serupa dengan saya jadi bisa sadar diri aja betapa menderitanya menanti-nanti gym tutup. Tapi karena kebaikan dan kesucian hati saya, tentu saya tidak mau yang buruk terjadi pada ini asuk. Saya sudah bersiap saja memberikan senyuman terindah dan termanis sejagad raya apabila ini asuk menanyakan apa saya sudah selesai. Tapi ni asuk tidak kunjung bertanya, bahkan sampai saya keluar ni asuk masih mencari loker yang lain. Alhasil loker saya diisi orang lain.

Kemudian ada satu kejadian dari salah satu kenalan saya di gym dimana saya menanyakan apakah dia masih lama nggym. Beberapa detik sebelumnya saya baru tahu kalau handuk sedang habis dan dijanjikan setengah jam lagi ada. Saya sekilas melihat kenalan saya dan saya pikir kenapa saya tidak meminjam handuk dia untuk mandi? Karena saya buru-buru mau ke gereja. Kenalan saya ini bilang masih lama karena masih mau ikut kelas satu jam. Jadi saya sontak menanyakan apakah boleh saya memakai handuknya dulu, jadi nanti dia bisa meminta handuk baru lagi.

Tetapi saudara-saudara, betapa hancur hati saya saat dia menolak permintaan saya yang baik hati ini! Pecahkan saja gelasnya biar ramai! Ya sudahlah mau tak mau saya tunggu ni handuk. Saya boker sejenak dan waktu saya boker saya mendengar secara langsung kenalan saya ngobrol dengan temannya di depan. Saya hanya mendengar dia bilang teman saya mau pakai dulu, tungguin sajalah setengah jam. Kemudian diikuti tawa temannya. Waduh sampai segitunya dia ngomong di belakang saya.

Entah bagaimana saat saya kelar mandi (sudah telat karena saat mau pergi tanpa mandi, handuk baru datang jadi saya mandi dulu) ni kenalan ada di ruang loker dan menanyakan apa saya sudah kelar. Saya mengangkat alis saja. Beberapa detik kemudian dia mendekati saya dan bilang jangan marah, handuk habis dia pakai. Alasan yang wow! Saya tidak marah, tapi cukup tahu aja ya.

Memang tidak ada yang salah. Saya juga tidak berhak menyalahkan siapa-siapa karena saya hanya di pihak yang mau meminta tolong. Dan memang hak dia kalau memang dia tidak mau membantu atau ngomong di belakang saya. Tapi kadang orang suka membicarakan di belakang dan betapa pas momennya saya mendengarnya di saat saya sedang ngeden-ngeden di toilet. Hikmah apa yang saya ambil? Kadang kebetulan-kebetulan yang membentuk benang merah ini bekerja sedemikian rupa dengan cara yang ajaib tepat ke satu momen dimana kita akan diuji apakah kita akan termakan oleh kedagingan kita (dalam kasus saya mungkin bisa disebut dendam) atau kita akan memilih untuk tetap bersukacita. Saya, bagaimanapun juga, mau memilih pilihan kedua.

Be blessed!

2 thoughts on “ASUK DAN HANDUK”

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *