Ini adalah kedua kalinya saya ke Bromo. Rencananya sebelum ke Banyuwangi untuk ke Ijen, saya dan geng Doyan Jalan mampir dulu ke Bromo. Saya sudah pernah ke Bromo tapi tidak apa untuk datang kedua kalinya karena saya cukup suka dengan pemandangan gunung itu.
Perjalanan kurang lebih 3 jam dari Surabaya menuju Bromo dan kita sampai sudah cukup larut. Tanpa menginap, kita langsung saja naik ke spot sunrise yang hanya bisa menggunakan jeep. Kami pergi dengan tur jadi semua jeep sudah diurus tapi buat yang pergi sendiri, kita bisa memesan di pos jeep yang ada di sana.
Kurang lebih setengah sampai satu jam untuk tiba di atas dan kami harus berjalan menanjak sedikit karena spot yang ami datangi tidak ke spot yang tinggi. Ada 3 spot untuk melihat sunrise dan makin tinggi tentunya makin lelah. Saya dan teman-teman cukup di spot paling bawah dan nyatanya dari sini pemandangannya sudah sangat bagus, bahkan lebih bagus dari yang pertama kali saya datangi.
Pagi-pagi buta hanya diterangi oleh milky way yang sangat indah. Kami sewa tikar dan tiduran di sana sambil menyaksikan bintang-bintang bergantungan di langit. Anginnya sangat dingin jadi pastikan mengenakan jaket, sarung tanga, syal, dan kupluk jika tidak tahan dingin. Tapi ada juga penjual sarung tangan dan kupluk juga. Kita juga bis amenyewa selimut.
Sinar matahari yang membentuk gradasi warna merah oranye menandakan bahwa matahari sudah mulai menampakkan dirinya. 3 gunung pun mulai terlihat: Bromo, Semeru, dan Batok Pemandangan ini masih terngiang di dalam memori saya dan kali ini saya mengenang kembali maha karya Pencipta yang luar biasa ini.
Dari atas, kami turun menuju pemberhentian jeep dan kami menyewa kuda untuk membawa kami ke Kawah Bromo. Saya sangat rekomendasi untuk menggunakan kuda. Nego saja menjadi 100,000 IDR karena mereka membuka harga dari 150,000 IDR tapi sebenarnya 150,000 IDR sudah sangat pas buat mereka karena orang yang membawa kita tentunya sangat lelah berjalan menuntun kuda yang kita tumpangi bolak balik ke Kawah Bromo.
Kali pertama saya ke Kawah Bromo, saya tidak mau menyewa kuda. Alhasil karena pasir yang diinjak cukup dalam sehingga memberatkan kaki ditambah debu yang luar biasa serta ranjau (kotoran kuda) dimana-mana, saya hampir pingsan. Untungnya waktu itu ada suara “Kudanya, mas.” Saya berbalik untuk melihat pangeran berkuda… (saya lupa warna kudanya) dan langsung saya pesan itu kuda.
Sampai di Kawah Bromo, kita juga masih harus menaiki 250 anak tangga (masih mau jalan kaki ke sini). Saya menghitung hanya 240 anak tangga. Teman saya 241. Tapi mas yang membawa kuda meyakinkan saya bahwa ada 250 anak tangga dan tidak semua orang bisa menghitung secara benar. Mungkin hanya orang-orang yang akan mendapat hikmah yang bisa mencapai 250 anak tangga?
Di atas kita bisa melihat Kawah Bromo yang masih aktif. Bau belerang tidak terlalu menusuk. Kita bisa berfoto-foto dengan puas di atas dan saat turun bisa sarapan popmie dulu atau jagung sambil ngopi dan ngeteh sebelum kembali ke pemberhentian jeep. Jangan lupa manfaatkan kuda yang ada untuk foto-foto di dekat gunung Batok.
Kembali ke jeep, kita biasanya akan dibawa ke Bukit Teletubbies (padang dengan bukit yang terlihat seperti bentuk love di Teletubbies). Tapi berhubung saya dan teman-teman dikejar waktu, kami langsung menuju ke Pasir Berbisik. Di tempat ini sudah pasti menjadi spot foto dengan jeep. Hati-hati kalau sudah datang badai pasir ya sudah nasib tidak bisa foto-foto lagi karena mata keburu keselip-selip dan bakal item-item kena pasirnya.
Dari Bromo kita lanjut ke Banyuwangi dan petualangan di banyuwangi akan menajdi cerita baru dan di lain hari ya.
Be blessed!
Open trip Yogyakarta
Kapan lagi bisa jalan-jalan dengan budget minimalis dan #travelling fantastis!!
” tourists visit, traveller explore “
Pasti Anda langsung sepakat bila kota Jogja akan selalu di hati.
https://jogjawisatatravel.wordpress.com/2018/10/17/open-trip-jogja/
Masa sih?
[…] can you guess who is the Prince? He is the Prince Bromonegoro, Hanson Tjung! Abis dari Bromo ke Banyuwangi (Baluran), lanjutlah ke […]