Baiklah, sebenarnya agak ragu juga buat ceritain ini tapi tak masalah rasanya kalau ada sisi konyolnya saat bercerita tentang perjalanan spiritual saya. Mohon maaf kalau menyinggung seorang Hamba Tuhan tapi ga ada maksud loh buat menjelek-jelekkan. Nyatanya ini benar-benar kejadian dan ga tahu apa ada yang mengalami hal yang sama seperti saya. Sebenarnya ada dua cerita yang mau saya curhatin (ahay lebay!), ini salah satunya.
Jadi ceritanya kemarin ini ada seminar tiga hari di gereja berturut-turut. Saya hadir ke semua seminar. Hari Jumat dan Sabtu kemarin tepatnya jam tujuh malam adalah dua dari tiga seminar dimana saya hanya duduk diam menjadi jemaat. Jujur mungkin karena saya lelah, saya tidak terlalu konsen dengan pesan yang disampaikan. ada yang saya dapat dan akan saya bagikan nanti.
Langsung ke momennya saja yaitu hari Minggu jam lima sore dimana saya melayani sebagai cameraman. Pegel juga bawa kameranya yang gede, apalagi abis nge-gym main shoulder. Malamnya si pembicara meminta semua jemaat yang dipisah antara anak muda dan orang dewasa untuk didoakan satu-satu dan dikenakan semacam kain ungu sebagai tanda jubah kemuliaan.
Baiklah, saya sebagai cameraman sudah mondar mandir nge-syut orang-orang yang kena urapan alias manifes Roh Kudus terutama anak-anak mudanya. Ada yang rebah , ada yang teriak-teriak iblis kalah, ada yang tertawa karena sukacita dari Tuhan, dan tidak sedikit juga yang menangis. Melihat mereka manifes seperti itu rasanya seperti Tuhan itu ada, tapi jujur saya mau mengalaminya sendiri. Akhirnya setelah hampir semua didoakan, saya minta didoakan juga oleh salah seorang hamba dari luar yang melayani.
Dia menanyakan pergumulan saya dan saya mengutarakan kalau saya ingin merasakan kalau Tuhan itu nyata karena jujur belakangan telah terjadi kekeringan rohani dalam saya. Dia pun mulai mendoakan dan ehem, ini dia momen konyolnya. Yang namanya mendoakan sudah pasti dari jarak dekat ‘kan? Dan sewaktu dia mulai mendoakan, saya mulai mencium sesuatu yang tidak menyenangkan. Kalian tentunya tahu apa itu, bukan?
Yup! Dia mendoakan saya dan ada perkataan yang menguatkan dimana dia mengatakan bahwa segala jerih payah saya, semua yang telah saya lakukan itu tidak akan sia-sia. Tuhan tahu dan melihat semuanya. Kemudian sampai titik dimana dia manruh tangannya di dada saya dan meminta saya untuk tidak menahan Roh Kudus yang ingin melawat. Saya pun mulai berkata-kata dalam bahasa roh walau dengan suara yang pelan. Si hamba Tuhan ini lanjut berkata, “Jangan ditahan. Jangan ditahan.”
Saya yang sebenarnya mulai merasakan lawatan Roh Kudus tiba-tiba terdiam karena kembali mencium sesuatu yang tidak menyenangkan itu. Alamak, gimana mau bisa bahasa roh. Bahasa roh justru membuat saya berbicara cepat dan membutuhkan oksigen lebih banyak. Sedangkan setiap saya menarik nafas, yang saya pikirkan hanya saya akan mencium bau itu lagi. Alhasil saya diam saja dan mengaminkan saja apa yang didoakan.
Mungkin ada baiknya bagi para hamba Tuhan untuk memakan Relaxa sambil mendoakan?
Be blessed!