Mengingat kejadian yang sudah hampir kadaluwarsa (mungkin sudah 1 bulan yang lalu), saya ingin share saja bagaimana terkadang manusia bisa dipakai sebagai perpanjangan mulut Yang Maha Kuasa.
Jadi ceritanya waktu itu lagi merasa sendiri. Sendiri di sini bukan berarti single ya, tapi lebih ke semuanya harus dan kudu dilakukan sendirian. Kalau tidak ada saya, tidak jalan. Semua ini terjadi terutama di pelayanan gereja. Sebagai Ketua Media, saya sudha membagi tugas kepada setiap anggota tapi ujung-ujungnya mereka tidak jalan dan saya sendiri yang mesti jalan (dalam hal ini upload foto-foto editan di Instagram dan Facebook Page).
Kemudian di Dewasa Muda, juga semua bahan sharing mesti saya cari dulu dan saya sampai membuat outline dan desain memo supaya yang datang bisa lebih menangkap pesan yang mau saya bagikan. Ya, walaupun ada pembagian sharing tapi tetap saja masih saya yang mesti menyiapkan bahannya.
Kemudian saya sudah susah payah buat pengumuman menggunakan After Effecr yang lumayan OK, menurut saya dan beberapa orang di gereja. Tapi malah sedikit dikomplain sama salah satu petinggi. Bukannya dipuji dulu baru dikomplain biar tidak terlalu gimana gitu.
Setelah itu Natal sudah hampir tiba dan hey hey, saya kembali disibukkan dengan drama dan Hand Mime. Pusing pala ayam! Intinya saat mau fokus ke Dewasa Muda, Media malah dikomplain. Saat Media sudah berusaha diperbagus, tetap kena komplain. Ditambah lagi harus disibukkan dengan kerjaan sehari-hari dan drama Natal.
Ya sudah, intinya semua serba sendiri. Kemudian Laskar Pelangi dinner barang lagi dan saya mengantar salah satu teman pulang ke rumahnya. Selama perjalanan entah bagaimana saya share semua masalah saya (curcol sedikit) dan saya tahu dia pasti tidak terlalu paham apa yang sudah saya jalani. Tapi setelah saya selesai bercerita, dia cuma bilang, “Semangat, ko! Itu berarti Tuhan sedang memperbesar kapasitas koko.”
Langsung nyeletuk ke hati dan hey, itu Tuhan yang bicara. Salah satu cara Tuhan beribcara kepad akita melalui orang lain adalah saat orang itu berbicara dan dia seringkali tidak tahu bahwa perkataannya akan kena ke orang yang diajak bicara. Itu saya belajar di Mengenali Suara Tuhan.
Dan memang benar, selam aitu semua stress yang saya lalui tiap Natal memang memperbesar kapasitas saya. Dari seorang jemaat sampai menjadi operator LCD, pembuat warta, drama, pengumuman, iklan, film, Ketua Media, dan Ketua Dewasa Muda. Itu terjadi setahap demis etahap dan ada pembentukan karakter dari semua itu. Intinya don’t give up saat sedang ada tekanan, melalui semuanya kita sedang dibentuk menjadi manusia yang lebih baik. Btw nama teman saya itu Hellina. Semangat!
Be blessed!