Tahun 2020 sudah berlalu. Sama seperti tahun-tahun sebelumnya, tentunya banyak hal yang perlu dimaafkan di tahun sebelumnya. Beberapa dari kita mengalami kekecewaan. Yang lain dilukai dan dikhianati. Tentunya kita semua tahu bahwa memaafkan adalah hal baik yang semestinya dilakukan. Namun banyak orang yang memaafkan namun masih memberikan kesempatan untuk terus melukai mereka.
Jika artikel ini bermanfaat, jangan ragu untuk membagikannya supaya kehidupan kita bersama menjadi lebih baik. Follow dan like juga ya supaya saya makin bersemangat menulis.
Sebut saja seorang istri dengan suami yang alkoholik dan suka main tangan. Memaafkan adalah hal benar untuk dilakukan, namun bukan berarti si istri harus terus memberikan kesempatan kepada si suami untuk memukulinya.
Forgiveness has to do with the past. Reconciliation and boundaries have to do with the future.
Memaafkan berarti menghapusnya, let it go. Kita merobek semua bon utang. Memaafkan melepaskan kita dari jerat orang yang disakiti karena dengan menyimpan dendam justru kita sendirilah yang sebenarnya disakiti. Ketika kita tidak memaafkan, orang itu terus mengendalikan kita.
Kita bertanggung jawab atas diri kita sendiri. Orang lain seharusnya tidak memiliki kendali dalam hidup kita.
Rekonsiliasi dan batasan harus ada setelah memaafkan. Batasi properti sampai orang itu berubah dan bisa dipercaya. Jika perubahan mereka hanya di lidah tanpa berusaha menjadi lebih baik, kita perlu menjaga batasan walaupun sudah memaafkannya.
Mungkin si istri perlu meninggalkan suaminya yang abusive sampai si suami bertobat sungguh-sungguh. Mungkin untuk sementara, kita tidak perlu bergaul dengan teman yang sudah mengkhianati kita sampai orang tersebut membuktikan bahwa dia bisa dipercaya.
Memaafkan berhubungan dengan masa lalu sementara rekonsiliasi dan batasan berhubungan dengan masa depan.
Be blessed!