Hari ketiga itu di Jepang adalah hari paling melelahkan. Kita meluncur ke Arashiyama Bamboo Forest, salah satu spot di Jepang dimana kita bisa melihat kanan kiri bambu semua dan ada temple. Di sepanjang perjalanan banyak camilan (salah satunya takoyaki) dan toko-toko souvenir serta makanan. Teman-teman saya suka takoyakinya, apalagi panas-panas, karena cuaca di sana cukup dingin.
Saat keluar dari stasiun kami sempat membeli es krim matcha yang katanya enak di sini. Tapi saya tidak mau komentar soal es krimnya.
Saya mau bercerita pada saat saya mau membuang botol ke tong di depan toko es krimnya, saya diteriaki (secara lembut) oleh kedua perempuan yang jual es krim “No! No! No!” Saya kaget dan baru sadar bahwa tongnya tidak diperbolehkan untuk membuang botol. Tiba-tiba ada seorang pria Jepang yang menunjukkan saya sesuatu dan istrinya dengan cepat berlari menunjukkan saya tempat sampah lain sambil berbicara bahasa Jepang. Benar-benar sangat niat membantu. Saya salut dengan budaya orang-orang di sini. Memang mereka agak cuek (apalagi di kota besar) tapi mereka tetap niat membantu jika kita mau bertanya.
Di Jepang jarang sekali ada tong sampah karena dulu pernah ada kejadian bom di dalam tong sampah. Makanya pemerintah menyarankan untuk tidak menyediakan banyak tong sampah di jalan-jalan. Menarik. Tapi di kamar mandi saya juga sempat membaca hal ini diadakan untuk mengurangi sampah turis dan mencegah polusi terhadap binatang liar. Jadi kita harus menyimpan sampah kita sampai kita berada di stasiun atau tempat tertentu.
Kembali ke Arashiyama Bamboo Grove, di sana banyak orang menulis harapan mereka di atas bambu. Ada juga yang mengelus-elus batu (supaya hoki mungkin?). Ada yang berdoa pada kuil kecil sambil membunyikan lonceng dan tepuk tangan tiga kali. Ada juga yang membersihkan tangan kiri dengan air yang diambil menggunakan gayung bambu panjang sebelum diminum.
Muter-muter di sini bisa sangat melelahkan dan banyak spot bagus yang tidak diperbolehlan masuk kecuali menggunakan becak. Jadi jika tidak mau capek dan mau mendapatkan spot foto yang bagus, ada baiknya kita naik becak Jepang. Harganya mungkin sekitar ribuan untuk 1 jam. Becak khas Jepang ini namanya Jinrikisha. Jin itu manusia. Riko itu kekuatan atau tenaga. Sha itu kendaraan. Jadi arti Jinrikisha adalah kendaraan yang ditarik oleh tenaga manusia. Jinrikisha ini juga ada di Himeji Castle dan mungkin ada di tempat wisata lainnya juga.
Konon kata teman saya becak ini hanya boleh dibawa oleh pria-pria yang tampan dan tentu saja punya tenaga yang besar. Bisa dilihat dari kaki mereka yang besar-besar (banyak yang pakai celana pendek padahal dingin) karena harus menarik minimal dua penumpang (tidak terbayang kalau ada tanjakan).
Dari Arashiyama kita meluncur ke Fushimi, temple yang juga adalah salah satu spot yang banyak didatangi turis. Tapi itu untuk blog selanjutnya ya cus!
Be blessed!
[…] ini dia yang membuat saya membulat di Jepang. Kita berangkat ke Arashiyama, Kyoto, untuk mampir ke Bamboo Grove. Di sana ada Tenryuji Temple dan banyak Jinrikisha. Namun di sepanjang jalan banyak sekali […]