Kebiasaan membentuk karakter kita. Jadi sudah sepantasnya kita memberi perhatian lebih terhadap kebiasaan kita. Apakah kita sedang membentuk karakter sesuai yang kita inginkan? Atau malah karakter kita malah menjadi lebih buruk setiap harinya?

Hey! Jangan cuma baca dan belajar saja, tapi hargai penulisnya dengan like, follow, dan kasih pendapat di komen serta bagikan supaya kehidupan bersama lebih baik.

Kita semua memiliki kendali untuk membentuk kebiasaan karena itu masih di dalam lingkup kekuasaan kita. Lantas bagaimana supaya kita bisa mengambil alih kembali kebiasaan kita? 5 pertanyaan ini akan membantu kita untuk melakukannya.


1. SIAPA YANG BERSAMA SAYA?

Siapa orang-orang di sekitar kita? Apakah mereka mendorong kita menjadi lebih baik atau malah menjatuhkan kita? Pergaulan yang buruk merusak kebiasaan baik. Ini benar adanya. Jika kebiasaan kita telah melenceng mungkin ada baiknya kita mempertanyakan siapa orang-orang yang bersama kita.

Photo by Keira Burton on Pexels.com

Di masa pandemi ini kita juga harus mempertanyakan siapa orang-orang yang tidak bersama kita karena banyak hubungan yang terbatas. Mungkin dulu hubungan kita dengan mereka yang bisa menjadi mentor kita dekat namun karena keterbatasan sosial di masa pandemi, hubungan itu mulai renggang dan kebiasaan baik yang terbentuk saat sering bersama orang tersebut malah hilang.

Dengan siapa kita bersama akan menentukan masa depan kita. Jadi perhatikan lingkup sosial kita. Penjudi bergaul dengan penjudi. Peminum bergaul dengan peminum. Tapi orang berhasil bergaul dengan orang berhasil.


2. APA YANG SAYA KERJAKAN SEKARANG?

Ketika saya mempertanyakan ini, seringkali saya merasa tergampar karena ternyata kebanyakan yang saya kerjakan sekarang bukanlah sesuatu yang produktif. Saya sedang bermain game. Saya sedang melihat media sosial. Saya sedang mengerjakan sesuatu yang tidak bernilai tinggi. Saya tidak sedang mengerjakan apa yang akan membawa saya kepada tujuan saya.

Dengan mempertanyakan apa yang kita kerjakan sekarang akan membuat kita sadar apakah yang kita kerjakan sekarang memang sudah tepat atau belum.


3. DIMANA SAYA MELAKUKANNYA?

Banyak orang yang menganggap remeh pertanyaan ini. Tapi pada kenyataannya produktivitas kita sering tertahan karena kita tidak berada di tempat yang tepat. Saya pribadi sangat sulit berproduktivitas ketika berada di dalam kamar. Godaan untuk beristirahat dan menonton lebih besar daripada menulis, berolahraga, atau melakukan aktivitas yang baik.

Perhatikan tempat kita. Jika TV akan mengganggu pekerjaan, jangan letakkan TV di ruang bekerja kita. Jika kita suka mengemil saat bekerja, lebih baik jangan bekerja di tempat yang mudah untuk mengambil camilan. Jika notifikasi smartphone suka mengganggu taruh itu di ruangan lain.

Ada orang yang suka bekerja di kafe atau di alam terbuka. Ada juga yang suka bekerja di ruangan yang tenang tanpa ada gangguan. Temukan tempat dimana kita bisa membentuk kebiasaan baik dan hindari tempat yang memacu kita untuk melakukan kebiasaan sebaliknya.


4. KAPAN ITU TERJADI

Orang tua seringkali marah-marah ketika pulang bekerja karena mereka sudah lelah seharian dan mau melepaskan emosi mereka. Yang kena damprat malah keluarganya. Ingat hukum tong sampah dimana semua orang membuat sampah dalam kehidupan mereka dan saat sudah penuh maka akan dibuang ke siapapun yang mereka temui?

Dalam kasus ini kitalah yang membawa tong sampah tersebut. Kita yang memiliki kebiasaan buruk itu. Kapan biasanya kita menjadi tidak sabar? Kapan biasanya kita ingin ngamil? Dengan mempertanyakan ini maka kita akan bisa mengantisipasi waktu tersebut untuk tidak terjebak dalam kebiasaan buruk itu.

Sebaliknya perhatikan kapan waktu terbaik untuk membentuk kebiasaan baik. Waktu terbaik saya untuk membaca dan menulis adalah setiap pagi. Waktu terbaik untuk saya berolahraga saat ini adalah setelah selesai berjemur. Waktu saya untuk mencari makan di saat larut malam akan saya antisipasi dengan buah-buahan atau camilan yang lebih sehat.


5. EMOSI APA MENGGERAKKAN TINDAKAN SAYA?

Sebagian besar tindakan kita dilakukan karena emosi. Kita sangat muah dikendalikan perasaan. Ketika merasa bosan, kita membuka media sosial atau menonton YouTube. ketika sedih, kita mencari makanan atau belanja.

Saat kita mau melakukan sesuatu ada baiknya kita mempertanyakan emosi apa di belakang ini dan apakah itu sepadan dengan konsekuensinya. Kita menjadi marah karena sedang lelah dan apakah kemarahan kita akan memberikan dampak yang baik? Kita harus belajar mengendalikan emosi-emosi negatif ini karena banyak orang yang akhirnya memiliki karakter yang negatif karena terus digerakkan oreh emosi negatif ini.

Photo by Sofia Alejandra on Pexels.com

Emosi negatif seringkali membawa kita kepada emosi negatif lainnya. Begitu juga dengan emosi yang positif. Tahu tidak bahwa sebenarnya emosi positif itu dapat membuat kita lebih perhatian dan fokus. Hubungan kita juga akan menjadi lebih baik dan kita akan semakin kuat untuk melawan emosi negatif.

Beberapa cara yang bisa kita lakukan untuk membuat emosi posiitif adalah dengan bersyukur, mencari hal-ha yang baik dalam sesuatu yang bahkan kelihatannya buruk, tersenyum, istirahat atau relaksasi, dan melakukan sesuatu yang kita suka.


Bayangkan setelah kita mati, apa yang akan orang-orang katakan tentang kita. Karakter seperti apa yang mereka lihat dari kita? Apa yang mau kita dengar dari mereka? Jawaban itulah yang akan menjadi tujuan karakter kita. Dengan mempertanyakan kelima hal ini, semoga kita semua bisa memiliki karakter yang kita inginkan karena karakter dimulai dari apa yang kita lakukan setiap harinya.

Be more positive, creative, and productive! Be blessed!

4 thoughts on “Bagaimana Mengambil Kendali Kebiasaan”

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *