Seorang profesor mengundang para gembala gereja serta pendeta-pendeta ke seminarnya. Seminar ini dimaksudkan untuk menantang semua pesertanya tentang keberadaan Tuhan.
Baru saja profesor menaiki panggung, profesor itu langsung menantang para gembala dan pendeta yang hadir. “Saya akan membuktikan bahwa Tuhan itu tidak ada.”
Para gembala dan pendeta yang hadir menganggap profesor ini sedang bercanda pada awalnya. Namun profesor tersebut melanjutkan, “Saya akan menantang bapak, ibu, dan saudara yang hadir di sini. Dalam waktu lima menit ke depan, saya akan memaki Tuhan. Setelah itu saya akan memberikan waktu lima menit kepada Tuhan untuk menghajar saya. Dia boleh menggampar saya atau bahkan memberikan saya serangan jantung.”
Seisi ruangan menjadi riuh. Tantangan profesor ini mengejutkan para gembala dan pendeta.
Profesor itu mulai memaki-maki Tuhan dalam lima menit ke depan. Semua hinaan dan kata-kata kasar terus dia teriakkan kepada Tuhan, semakin lama semakin tidak mengenakkan untuk didengar. Semua yang mendengarnya menjadi sangat marah dan kesal. Mereka mencoba bersabar.
“Baiklah,” kata profesor yang telah selesai dengan lima menit pertamanya. “Sekarang saya akan diam dan kita lihat apakah Tuhan kalian itu benar-benar ada!”
Suasana di dalam ruangan menjadi sangat hening. Awalnya para gembala dan pendeta mendoakan supaya Tuhan mengampuni profesor tersebut dan menjamahnya supaya sadar. Tapi memasuki menit ketiga, mereka yang tidak menerima profesor itu mulai mendoakan yang tidak baik untuk profesor tersebut. Mereka mulai meminta supaya Tuhan memberikan balasan yang setimpal. Namun tidak ada yang terjadi.
Empat menit berlalu. Lima menit berlalu. Profesor itu tersenyum dengan sangat puas. “Kalian lihat? Bahkan Tuhan kalian tidak bisa menyatakan diri-Nya sendiri.”
Semua yang hadir menjadi gusar. Suasana menjadi semakin riuh. Tapi di antara semua yang hadir, seorang pendeta muda mengangkat tangannya. Semua mata tertuju kepada pendeta muda tersebut.
Dengan tenang pendeta itu menerima mic dari panitia dan berkata, “Tuhan tidak akan menyatakan diri kepada orang yang bebal.”
“Maksud Anda?” tanya profesor itu.
“Anda itu bebal,” pendeta muda itu melanjutkan. “Anda bebal karena Anda tidak pernah berusaha mengenal Tuhan dan Tuhan tidak akan menyatakan diri kepada orang yang tidak mau mengenali-Nya.”
Profesor itu meringis. “Aku kenal Tuhan kalian, anak muda. Aku bahkan mempelajari sejarah Tuhanmu.”
“Anda tidak mengenal Tuhan,” sahut pendeta muda itu yakin. “Buktinya Anda menganggap bahwa kesabaran Tuhan akan habis hanya dalam lima menit.”
Profesor itu tersentak dan tidak bisa berkata-kata lagi setelah itu.
Beberapa dari kita mungkin merasa bahwa Tuhan tidak pernah berbicara kepada kita. Kita merasa bahwa Tuhan tidak pernah menyatakan diri-Nya kepada kita. Kenapa kita merasa begitu?
Tuhan begitu mengasihi kita sehingga Dia mau datang ke dunia menyatakan diri-Nya sebagai manusia untuk memiliki hubungan dengan kita. Jika Dia sangat ingin menyatakan diri-Nya kepada kita, kenapa kita masih tidak bisa merasakan Tuhan?
Jawabannya ada pada diri kita sendiri. Apakah kita berusaha untuk mengenali Tuhan?
Mengenali dan mengetahui adalah dua hal yang berbeda.
Saya bisa berkata bahwa saya mengetahui Jokowi, tapi saya tidak mengenalinya. Karena saya tidak dekat dengannya. Saya bisa tahu semua sejarah atau latar belakangnya tapi saya tidak mengenalnya sampai dalam. Profesor tersebut bisa tahu semua sejarah tentang Tuhan, tapi dia tidak mengenal Tuhan secara pribadi. Bahkan dia tidak mengenal sifat Tuhan yang memiliki kesabaran tanpa batas.
Tuhan akan menyatakan diri kepada mereka yang mau mengenal-Nya.
Yang menolak pengenalan akan Tuhan adalah kebebalan. Orang bebal tidak bisa mengenal Tuhan. Hatinya keras sama seperti profesor tersebut. Milikilah hati yang lembut, dalam, dan lapang.
Amin. Pak ijin save ya
Boleh banget. Maksih sudah mampir ya.