Di artikel sebelumnya kita tahu bahwa bekerja dengan lebih keras, menjadi baik, dan menerima tanggung jawab untuk orang lain tidak sepenuhnya membuat kita berhasil. Malah yang ada beban kita menjadi lebih berat dan hidup kita semakin tidak seimbang.
Kita perlu mengenali batasan untuk bisa menambil alih kehidupan kita. Banyak orang yang salah paham tentang batasan ini. Mereka menganggap bahwa tidak apa jika orang lain memasuki batasan mereka. Tidak apa jika orang lain membutuhkan kita. Kita harus siap menerima jika ada yang mau meminta bantuan terutama orang-orang yang dekat dengan kita.
Batasan tidaklah seperti itu. Ini sama seperti dengan rumah dan perkarangan.
Apa yang menjadi miliki kita adalah milik kita. Properti orang lain tidak seharusnya kita lewati.
Begitu juga sebaliknya. Terkadang yang kita lakukan adalah menyiramkan air kepada taman tetangga kita. Yang terjadi adalah taman kita menjadi gersang dan kita harus membayar iuran air yang seharusnya dibayar oleh tetangga kita.

Kita memang harus mengasihi orang lain. Kita memiliki tanggung jawab kepada orang lain. Tapi kita tidak bertanggung jawab untuk orang lain.
Kita bertanggung jawab kepada orang-orang yang dipercayakan dalam hidup kita (pasangan, orang tua, anak, teman-teman, rekan kerja, dll) tapi kita tidak seharusnya bertanggung jawab atas hidup mereka.
Setiap manusia memiliki kehidupan dan beban mereka masing-masing. Mereka punya pilihan mereka sendiri. Mereka bertanggung jawab atas kehidupan mereka sendiri. Kita pasti tahu bahwa kita tidak akan pernah bisa mengubah orang lain. Orang lainlah yang harus berubah untuk mereka. Kita bisa memberikan masukan kepada mereka. Kita bisa menawarkan bantuan kepada mereka. Kita bisa meminjamkan uang kepada mereka. Tapi kita tidak pernah bisa membuat mereka bertumbuh atau menjadi lebih baik jika mereka sendiri tidak mengambil alih kehidupan mereka.
Kabar baiknya adalah Tuhan memberikan kita masing-masing beban yang bisa kita tanggung sendiri.
Beban ini bagaikan tas ransel yang dibawa masing-masing. Setiap kita memiliki kapasitas untuk membawanya. Tapi seringkali kita membawa 2 ransel. Orang lain terlalu banyak alasan atau merasa tidak mampu membawa ransel mereka. Mereka tidak mau menerima tanggung jawab untuk diri mereka sendiri. Itu bukanlah hal yang benar.

Batasan membantu kita mengenali properti kita sehingga kita bisa mengurusinya.
Batasan ini membantu kita menjaga yang baik tetap di dalam dan yang buruk di luar.
Terkadang kita memiliki sebaliknya. Kita menyimpan yang buruk di dalam dan yang baik di luar. Kita perlu membuka batasan kita untuk mebgusir yang buruk-buruk ini keluar dan membiarkan yang baik masuk. Batasan bukanlah sebuah tembok, tapi sebuah pintu gerbang yang bisa dibuka dan ditutup.
Jika kita punya kepahitan di dalam yang membuat kita tidak mau percaya kepada orang lain, kita perlu membereskannya dan membuang kepahitan itu. Seringkali kita tidak mau menerima ajakan orang lain yang sebenarnya akan membuat kita lebih baik. Ada pergaulan yang baik yang membuat kita bertumbuh menjadi pribadi lebih baik, tapi yang terjadi adalah kita menolak untuk terlibat aktif di dalamnya.
Kita harus meninjau kembali apakah yang ada di dalam properti kita adalah hal-hal yang baik, yang membuat kita bertumbuh, membuat kita menjadi produktif, membuat kita bisa menggenapi tujuan hidup kita.
Tuhan sendiri adalah contoh terbaik dalam membuat batasan. Dia memberikan manusia kehendak bebas. Setiap orang bebas melakukan apa saja yang mereka ingingkan. Mereka bisa berbuat dosa sesuka mereka atau mengikuti kehendak dan tujuan-Nya. Tapi Dia menjaga rumah-Nya dengan sangat ketat dan tidak akan membiarkan yang jahat masuk ke dalamnya.

Dia mengundang orang-orang yang mau mengasihi-Nya. Dia mau kita masuk ke dalam rumahnya. Tapi jika kita tidak mau hidup sesuai dengan kebenaran-Nya maka batasan kita hanya sampai pada pintu gerbang yang tertutup. Pintu gerbang-Nya terbuka dan tertutup dengan cara yang pantas.
Hal apa saja yang menurut kalian adalah hal yang baik dan buruk? Apakah kita sedang membiarkan yang baik di dalam dan mengusir yang buruk? Atau malah sebaliknya? Kita menyimpan yang tidak baik di dalam dan menolak yang baik masuk.
Menjaga pintu gerbang kita berarti mengambil alih kehidupan kita.
Be blessed!