Tuhan menginginkan kita untuk menjadi berkat bukan hanya di kota saja tetapi juga di desa. Itu berarti dimana saja baik dalam keluarga, tempat kerja, pergaulan, lingkungan tempat kita tinggal, maupun lingkungan manapun yang kita injak.

Luk 8:1-3

8:1 Tidak lama sesudah itu Yesus berjalan berkeliling dari kota ke kota dan dari desa ke desa memberitakan Injil Kerajaan Allah. Kedua belas murid-Nya bersama-sama dengan Dia,

8:2 dan juga beberapa orang perempuan yang telah disembuhkan dari roh-roh jahat atau berbagai penyakit, yaitu Maria yang disebut Magdalena, yang telah dibebaskan dari tujuh roh jahat,

8:3 Yohana isteri Khuza bendahara Herodes, Susana dan banyak perempuan lain. Perempuan-perempuan ini melayani rombongan itu dengan kekayaan mereka.

Untuk bisa menjadi berkat dimanapun, tentunya kita harus memiliki ketiga hal berikut ini.


1. HIDUP YANG SUDAH PULIH

Dan juga beberapa orang perempuan yang telah disembuhkan dari roh-roh jahat atau berbagai penyakit | Lukas 8:2a

Untuk bisa menjadi berkat, tentunya kita perlu kesembuhan.

Janganlah kamu menjadi serupa dengan dunia ini, tetapi berubahlah oleh pembaharuan budimu, sehingga kamu dapat membedakan manakah kehendak Allah: apa yang baik, yang berkenan kepada Allah dan yang sempurna. | Roma 12:2

Bagaimana cara mengetahui bahwa hidup kita sudah disembuhkan dan dipulihkan? Yaitu dengan adanya pembaharuan budi. Pikiran kita dibaharui oleh firman. Apakah cara berpikir kita masih mengikuti cara berpikir dunia? Ataukah sudah mengikuti cara berpikir Tuhan?

shutterstock_1063994864-800x552

Sebab semua yang ada di dalam dunia, yaitu keinginan daging dan keinginan mata serta keangkuhan hidup, bukanlah berasal dari Bapa, melainkan dari dunia. | 1 Yohanes 2:16

Apabila kita masih memikirkan ketiga hal ini maka kita masih mengikuti cara berpikir dunia.

1. Keinginan Daging. Kita masih susah mengontrol emosi. Daripada mengasihi, kita lebih suka menyalahkan dan membenci.

2. Keinginan Mata. Hati-hati dengan mata kita. Hawa nafsu bisa dimulai dari mata. Pornografi, menghabiskan uang, makan, dan lainnya dapat dirangsang melalui mata kita.

3. Keangkuhan Hidup. Kita membanding-bandingkan diri kita dengan orang lain. Kita merasa lebih tinggi dari orang lain dan sulit untuk mengakui kesalahan. Orang yang angkuh merasa dirinya harus yang paling atas dan benar.

Melalui pemikiran yang dibaharui dengan firman, hidup kita dipulihkan. Saat kita mau menjadi berkatpun, kita tidak mudah tersakiti. Kita mengasihisi sama seperti Tuhan mengasihi kita yaitu tanpa syarat. Kita juga menjdi sabar dan musah mengampuni karena kasih dan firman Tuhan sudah mengisi hidup kita terlebih dahulu.


2. KEMURAHAN HATI

Perempuan-perempuan ini melayani rombongan itu dengan kekayaan mereka. | Lukas 8:3b

Terkadang untuk menjadi berkat, kita perlu mengorbankan sesuatu. Kita perlu membayar harga. Baik itu dalam bentuk materi ataupun tenaga dan waktu. Dibutuhkan kemurahan hati untuk bisa berkorban.

15748_hati-yang-penuh-kasih

Yesus sendiri menjadi pribadi yang murah hati. Hatinya mudah tergerak oleh belas kasihan dalam perjalanan hidup-Nya terutama ketika ada yang meminya kesembuhan. Tanpa kemurahan hati, akan sulit bagi kita untuk bisa memberkati yang lain karena tidak jarang kita harus mengesampingkan kepentingan kita untuk membantu orang lain.

Jadilah orang yang tulus dan tidak pelit untuk membantu orang lain.


3. HATI YANG SIAP MENJADI MURID

Kedua belas murid-Nya bersama-sama dengan Dia. | Lukas 8:1b

Kita mau diajar. Kita menjadi murid yang taat. Untuk menjadi murid, kita perlu menyangkal diri, memikul salib, dan mengikut Yesus.

Lalu Yesus berkata kepada murid-murid-Nya: “Setiap orang yang mau mengikut Aku, ia harus menyangkal dirinya, memikul salibnya dan mengikut Aku. | Matius 16:24

Anggap saja kita sedang dalam misi ke pedesaan untuk memberitakan Injil. Kita harus menyangkal diri kita. Mungkin yang biasanya bangun siang, kita bangun lebih pagi. Makanan di sana mungkin tidak cocok dengan lidah kita tapi kita menerimanya.

stockvault-working-at-the-office-office-meeting-with-two-coworkers178272_1

Kemudian kita memikul salib. Kita membayar harga. Berat dan tudak enak tapi kita harus siap dan mau. Mungkin kita perlu membayar sendiri untuk perjalanan misi. Mungkin kita harus melewati jalan yang tidak mudah dengan berjalan kaki untuk sampai ke rumah-rumah warga. Di sana bisa jadi belum ada listrik dan sinyal. Ada bau-bau dan banyak nyamuk. Pada saat itulah kita diminta untuk tetap mengikut Yesus dan mau diajar untuk tidak mengelug dalam keadaan apapun.


Saya pribadi juga merasakan itu saat sedang misi ke Nias. Dibutuhkan perjalanan yang cukup jauh dengan pesawat dan mobil. Kemudian tempat ibadah di sana juga belum ada AC-nya. Saya diminta untuk berkotbah di salah satu tempat ibadah yang paling sulit dituju. Jalanannya rusak dan sangat jauh.

Saya menyisihkan waktu untuk mengganti bahan kotbah saya untuk disesuaikan dengan jemaat di sana. Saya belajar sedikit bahasa Nias. Saya mengeluarkan tenaga dan pikiran saya untuk bercerita kepada anak-anak yang tidak ikut ibadah.

Teman-teman saya juga ikut bekerja sama dengan sama dalam melayani. Ada yang kesaksian. Ada yang memimpin pujian. Ada juga yang mencari snack untuk anak-anak itu. Kami membayar dengan uang kami sendiri.

Dibutuhkan cara berpikir seperti Tuhan (hidup yang pulih), kemurahan hati, dan hati murid untuk bisa pergi memberkati desa. Tapi kabar baiknya adalah saat kita memberkati desa, justru kita sendirilah yang paling diberkati.

Saya banyak belajar dari mereka. Kesederhanaan mereka, kasih mereka, keseriusan mereka, ketaatan mereka, kebaikan mereka, mimpi mereka, dan masih banyak lagi pelajarn yang saya dapatkan dari memberkati desa.

Be blessed!

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *