It’s been almost 2 weeks since I become a morning person, bangun jam 5 pagi padahal alarm dinyalakan jam 6 pagi. Awal-awal rasanya sangat lelah dan seharian rasanya capek padahal tidurnya cukup (kurang lebih 7 jam).

Namun makin ke sini mulai beradaptasi. Jam 9 malam sudah mengantuk dan berusaha untuk tidak lihat layar hp atau tv lagi, biasanya baca buku dan journaling sampai mengantuk dan tidur. Pernah 2x tidurnya agak molor sampai jam 11 dan 12 malam, tapi tetap paksa bangun jam 5 pagi.

Setiap kita punya yang namanya circadial rhythm atau twenty-four-hour rhythm yang membantu menentukan kapan mau bangun dan kapan mau tidur. Tidak mengenali rhythm ini akan mengurangi kualitas tidur dan membawa kepada berbagai macam efek samping buat kesehatan dan produktivitas.

Saat mengantuk di malam hari dan tetap memaksakan diri bekerja atau menonton atau main game tentunya akan berdampak tidak baik.

Menjadi morning person adalah pilihan saya dan ternyata sangat efektif dalam produktivitas saya. Lebih banyak pekerjaan diselesaikan. Lebih fresh. Lebih punya banyak waktu (ini biasa ‘kan sering banget dikeluhkan). Lebih kreatif dan produktif.

Are you a morning person? Rutinitas pagi apa sih yang sebaiknya dilakukan? Saya sendiri biasanya setelah bangun akan bermeditasi (berdoa dan membaca Alkitab), visualisasi (impian saya secara spesifik), afirmasi, bersyukur, dan membaca. Jika tidak ada jadwal gym, saya akan berolahraga. Tapi jika ada, maka saya akan menulis dan mulai melihat semua to-do-list untuk hari itu.

Memang ada kelompok orang yang bukan ditakdirkan menjadi morning person, tapi karena saya sudah merasakan manfaatnya bangun pagi maka saya akan tetap berusaha membiasakan diri seperti ini. Lagipula di pagi hari godaan dan pengalih perhatian jauh lebih minim secara belum banyak orang beraktivitas.

Be blessed!

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *