Sabtu, 6 Juni 2020 jam 12 siang adalah awal baru untuk saya untuk membatasi media sosial, benar-benar membatasi. Saya puasa media sosial selama 1 minggu. Sabtu kemarin saya online hanya untuk mengecek pesan-pesan dan memposting 1 foto karena saya sudah bekerja sama dengan 1 brand.

Saya akan kembali melanjutkan puasa media sosial ini untuk 1 bulan ke depan. Alasannya? Sabar ya, tapi nikmatilah dulu perjalanan seminggu saya ini.


HARI 1

Stress banget! Haha, just kidding! Ternyata puasa media sosial ini tidak sestress yang saya bayangkan. Awalnya saya berpikir akan ketinggalan banyak hal tapi ternyata hidup saya asyik-asyik saja.

Walaupun saya masih secara otomatis mencari Instagram dan Facebook saya saat memegang ponsel, tapi saat sadar bahwa 2 aplikasi itu sudah tidak ada, jadinya ya sudah. Saya pun menyadari betapa seringnya saya membuka media sosial. Setiap bangun tidur (bisa setengah jam), saat lari pagi (post Story), sebelum sarapan, sebelum makan siang, saat menyetir , sebelum makan malam, saat bermain dengan ponakan, dan masih banyak sela-sela waktu lainnya.

Beberapa kali saya akan membuka YouTube (ini memang saya tidak hapus) karena saya ingin mencari inspirasi dari YouTube (hanya YouTube yang memberikan saya banyak ide untuk membuat konten). Tapi saya tidak menghabiskan waktu cukup lama di YouTube.


HARI 2 – 6

Daripada baca capek-capek perjalanan saya, langsung saya rangkum saja karena kurang lebih dari hari ke-2 sampai ke-5 sama saja. Saya semakin terbiasa dengan tidak memegang ponsel saya. Bahkan saya bisa makan malam dan bermain bersama ponakan-ponakan tanpa ponsel saya. Saya tidak merasa ada kewajiban untuk merekam segala sesuatu dan membagikannya di media sosial.

Saya tidak tertekan untuk membuat caption atau memposting foto yang disukai orang. Saya tidak masuk jebakan membanding-bandingkan konten saya dengan orang lain. Semua ilmu tentang personal branding yang saya pelajari di YouTube sebelumnya tidak memakan pikiran dan emosi saya sehingga saya tidak harus berkutat pada angka terus menerus.

Jika saya ingin tahu kabar teman-teman saya, saya tinggal bertanya kepada mereka. Begitu juga sebaliknya. Beberapa teman akan menghubungi saya secara pribadi dan menanyakan kabar. Itu lebih indah, bukan? Daripada cuma kepoin di Instagram tapi ga komen apa-apa?

Lebih baiknya lagi saya punya lebih banyak waktu luang. Waktu luang itu bisa saya gunakan untuk membuat konten, blog artikel lebih banyak dari sebelumnya, dan memikirkan hal-hal yang terpenting dalam hidup saya. Pikiran saya menjadi lebih terkendali. Hidup saya malah terasa lebih personal dan bebas.


HARI 7

Tibalah hari terakhir saya puasa media sosial. Saya sudah jarang memegang ponsel. Saat saya fokus membuat konten, saya tidak terganggu untuk memeriksa media sosial. Hidup saya menjadi lebih fokus dan terkendali. Ide-ide lebih banyak berdatangan. Saya menajdi lebih kreatif.

Saya membuka kembali Instagram dan Facebook saya untuk posting 1 foto dan mengecek pesan-pesan.

Memang saya melihat angka baik itu like, banyaknya pesan, dan komentar; tapi kali ini entah kenapa saya tidak terlalu mempedulikannya. Saya malah lebih memikirkan untuk tidak menggunakannya lagi.


Hidup saya jauh lebih tenang dan bebas. Saya tidak harus merekam segalanya dan memperlihatkan kehidupan pribadi saya. Sangat bertolak belakang dengan apa yang dikatakan Gary Vee dimana jika kita mau melakukan personal branding maka kita harus memposting setiap kehidupan kita. Tapi bagi saya itu malah membuat saya tidak menikmati momen yang ada. Yang saya pikirkan hanya membagikan apa yang saya lihat kepada orang-orang yang mungkin hanya memberikan emo terkagum-kagum saja.

Ada beberapa hal yang sebaiknya kita simpan di memori pikiran daripada di memori ponsel.

Inilah sebabnya saya memutuskan untuk melanjutkan puasa ini sampai 1 bulan. Seperti biasa sebuah kebiasaan akan terbentuk saat terbiasa melakukannya selama 21 hari. Saya tambahkan bonus seminggu lagi biar genap sebulan.

Mudah-mudahan saat puasa media sosial, saya bisa lebih fokus membuat konten-konten baik itu di blog, YouTube, Podcast, ataupun Microblog saya. Doakan saya yah!

Be blessed!

2 thoughts on “Setelah Puasa Medsos 1 Minggu, Stress!!!”
  1. Selamat! Saya juga sejak sebelumnya sudah melakukan “puasa modsos.” Sempat baca juga mengenai FoMO (Fear of Missing Out) dimana sejak menghindari medsos hanya gegara tuntutan update yang belakangan saya ketahui kebanyakan gak produktif bagi saya, akhirnya saat travelling atau makan pun bisa saya nikmati dengan lebih baik tanpa harus motret sana-sini dulu. Lebih fokus pada aktivitas utama yang dilakukan tanpa merasa “wajib” harus selfie atau apalah namanya. Sehat selalu.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *